Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
3. Bagaimana Margin Keuntungan Perusahaan?
Buffet mencari perusahaan yang memiliki margin keuntungan yang baik, terutama yang margin keuntungannya sedang tumbuh.
Seperti halnya dengan ROE, ia melihat margin keuntungan selama beberapa tahun untuk mendiskontokan tren jangka pendek.
Agar perusahaan tetap berada dalam radar Buffett, manajemennya harus mahir dalam meningkatkan margin keuntungan dari tahun ke tahun, sebuah tanda bahwa perusahaan tersebut juga pandai mengendalikan biaya operasional.
4. Seberapa Unik Produk Perusahaan?
Buffett menganggap perusahaan yang produk dan layanannya dapat dengan mudah digantikan lebih berisiko daripada perusahaan dengan penawaran yang lebih unik.
Misalnya, perusahaan minyak yang produk utamanya adalah minyak mentah mungkin rentan terhadap kekuatan kompetitif karena klien dapat membeli minyak mentah dari sejumlah sumber lain, belum lagi jenis energi alternatif.
Namun, jika perusahaan memiliki akses unik ke jenis minyak yang lebih diinginkan yang dibutuhkan banyak bisnis, itu mungkin menjadikannya investasi yang layak dipertimbangkan.
Dalam hal ini, jenis minyak yang diinginkan perusahaan dapat menjadi keunggulan kompetitif yang akan membantu menghasilkan laba dari tahun ke tahun.
Baca Juga: Warren Buffett Baru Saja Membeli Saham Favoritnya Senilai US$345 Juta Lagi
5. Seberapa Besar Diskon Saham yang Diperdagangkan?
Inilah inti dari investasi nilai: menemukan perusahaan yang memiliki fundamental yang baik tetapi diperdagangkan di bawah harga yang seharusnya. Dan semakin besar diskonnya, semakin besar ruang untuk profitabilitas.
Dengan kata lain, tujuan investor nilai seperti Buffett adalah menemukan perusahaan yang dinilai rendah dibandingkan dengan nilai intrinsiknya.
Meskipun tidak ada rumus pasti untuk menghitung nilai intrinsik, investor dapat melihat berbagai faktor—seperti kekuatan manajemen dan potensi pendapatan di masa mendatang—untuk mengukurnya.