Reporter: Dyah Megasari, Bloomberg |
SINGAPURA. Asian Development Bank (ADB) mengingatkan, ekonomi Asia bakal menghadapi risiko penurunan yang lebih besar terimbas resesi Amerika dan Eropa. Ancaman destabilisasi arus modal asing harus menjadi perhatian tiap negara di Asia.
Tantangan bagi pembuat kebijakan di Asia Timur adalah menjaga pertumbuhan tetap pesat di saat permintaan hasil ekspor berkurang. Institusi keuangan yang berbasis di Manila ini menyarankan agar pejabat di wilayah ini memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk menyesuaikan kebijakan dengan cepat.
"Risiko yang muncul di tengah optimisme pertumbuhan terlihat jelas beberapa bulan yang lalu,” demikian pernyataan ADB.
Ekonomi global bisa menggelepar jika Eropa dan Amerika gagal menuntaskan krisis. "Arus modal besar (hot money) yang tidak stabil bisa menyulitkan manajemen makro ekonomi kawasan dan membahayakan pertumbuhan ekonomi," lanjut ADB.
Pemberi pinjaman ini melihat, beberapa negara telah menyiapkan perisai dan tameng untuk menghadapi risiko pergerakan arus modal asing. Indonesia dan Thailand misalnya, telah menurunkan suku bunga bulan lalu. Sedangkan Filipina pada Oktober lalu meluncurkan paket stimulus fiskal untuk memacu ekonomi.
ADB memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Asia Timur tahun depan akan lebih rendah dari tahun ini yaitu dari 7,5% menjadi 7,2%. Prediksi 2012 itu lebih rendah dari perkiraan awal yaitu 7,6%.