Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Airbnb memperkirakan pertumbuhan akan melambat pada paruh kedua tahun 2025, menyusul kinerja tahun sebelumnya yang tinggi berkat lonjakan pemesanan di Asia dan Amerika Latin.
Setelah pengumuman tersebut, saham perusahaan penyewaan akomodasi jangka pendek ini turun lebih dari 6% dalam perdagangan setelah jam bursa.
Selama kuartal kedua 2025, Airbnb mencatat pemulihan permintaan perjalanan di Amerika Serikat, setelah sempat melambat pada April.
Baca Juga: Airbnb Perkenalkan Fitur Baru, Pengguna Bisa Pilih Berbagai Layanan dan Pengalaman
Tren ini sejalan dengan pemulihan yang juga dialami beberapa perusahaan perjalanan lainnya seperti United Airlines dan Wyndham Hotels.
Industri pariwisata tetap optimistis meski berhati-hati, berharap kepercayaan konsumen terus membaik di tengah kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump yang masih berubah-ubah dan tekanan inflasi.
CEO Airbnb Brian Chesky mengatakan permintaan perjalanan global mulai meningkat sepanjang kuartal.
"Meski kuartal dimulai dengan ketidakpastian ekonomi global, permintaan perjalanan akhirnya meningkat," ujarnya dalam panggilan konferensi pasca laporan keuangan pada Rabu (6/8/2025).
Namun, perusahaan memperkirakan pertumbuhan pemesanan malam (nights booked) akan melambat secara tahunan memasuki kuartal IV-2025.
Baca Juga: Bank Terbesar Singapura DBS Pertahankan Proyeksi 2025, Laba Bersih Kuartal II Naik 1%
Sementara itu, take rate, rasio pendapatan terhadap total pemesanan bruto diperkirakan tetap datar pada kuartal ketiga.
Pada kuartal IV-2024, pemesanan di Amerika Latin dan Asia Pasifik hanya tumbuh sekitar 20% secara tahunan, melambat dibanding lonjakan pada kuartal sebelumnya.
Airbnb memproyeksikan pendapatan kuartal ketiga di kisaran US$4,02 miliar hingga US$4,10 miliar, mendekati konsensus analis sebesar US$4,05 miliar.
Sementara itu, metrik baru perusahaan yakni nights and seats booked yang mencakup jumlah layanan yang dipesan melalui platform Airbnb tumbuh 7% pada kuartal kedua.
Nilai pemesanan bruto (gross booking value) naik 11% menjadi US$23,5 miliar, didorong oleh momen libur Paskah dan biaya pemesanan lintas mata uang.
Pendapatan Airbnb pada kuartal tersebut mencapai US$3,10 miliar, melampaui ekspektasi analis sebesar US$3,04 miliar berdasarkan data LSEG.
Baca Juga: Hubungan dengan AS Memanas, PM India Bakal Kunjungi China Setelah 7 Tahun
Airbnb mencatat laba per saham sebesar US$1,03, juga lebih tinggi dari estimasi pasar sebesar 93 sen per saham.
Sebagai tambahan, perusahaan mengumumkan program pembelian kembali saham (buyback) baru senilai US$6 miliar.