Sumber: Benzinga | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Perdagangan emas kini dinilai sudah terlalu panas (overheated). Hal tersebut diungkapkan oleh CEO Coin Bureau, Nick Puckrin.
Menurutnya, kenaikan harga emas ke rekor tertingginya memicu proyeksi baru, di mana Goldman Sachs kini memperkirakan logam mulia ini bisa menembus level US$ 4.900 pada Desember tahun depan.
“Tapi investor harus ingat, hal seperti ini sering terjadi ketika suatu perdagangan sudah terlalu panas. Lonjakan harga emas saat ini lebih banyak digerakkan oleh momentum ketimbang fundamental — dan perdagangan berbasis momentum biasanya cepat kehilangan tenaga,” ujar Puckrin dalam catatan yang dibagikannya kepada Benzinga pekan lalu.
Puckrin menambahkan, salah satu indikator yang menunjukkan pasar emas sedang “overheated” adalah Relative Strength Index (RSI), alat analisis teknikal yang digunakan untuk mengukur kekuatan tren pasar.
“RSI emas saat ini sudah di atas angka 80, dan itu biasanya menandakan kondisi overbought,” katanya.
Tahun ini, emas menjadi aset dengan performa terbaik, di tengah ketidakpastian kebijakan global dan meningkatnya ketegangan perdagangan.
Baca Juga: Tabel Harga Emas Antam 19 Oktober 2025: Apakah Ada Perubahan Harga?
Harga emas terus menanjak tajam dalam beberapa minggu terakhir karena kekhawatiran akan pelemahan nilai mata uang utama seperti dolar AS. Saat ini, harga emas berada di kisaran US$ 4.160 per ons, naik hampir 58% sejak awal tahun.
Namun, Puckrin memperingatkan bahwa setelah kenaikan panjang ini, investor kemungkinan akan mengalihkan modal mereka ke aset lain yang dinilai undervalued, seperti logam dan komoditas lain, aset riil yang ditokenisasi, serta Bitcoin.
“Pergantian arah ini bisa menjadi narasi utama di sisa tahun 2025, saat emas mulai kehilangan momentum,” tulisnya.
Baca Juga: Perhatikan Strategi Investasi Emas Saat Harga Sedang Tinggi
Dari Emas ke Bitcoin?
Puckrin mengatakan, rotasi modal dari emas ke aset alternatif bisa menjadi katalis yang mendorong Bitcoin ke rekor baru sekitar USUS$ 150.000.
Saat ini, harga Bitcoin diperdagangkan di sekitar US$ 113.000, naik sekitar 15% sejak awal tahun.
Meski begitu, pasar kripto sempat terguncang akhir pekan lalu. Bitcoin mengalami flash crash setelah Presiden Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 100% terhadap barang-barang asal China. Sementara itu, emas justru terus naik menembus rekor baru — mempertegas statusnya sebagai aset lindung nilai (safe haven).
Namun Puckrin menegaskan bahwa koreksi sementara ini tidak mengubah pandangannya.
“Fundamental Bitcoin tidak berubah hanya karena flash crash ini,” katanya kepada Benzinga.
Pandangan Puckrin ini sejalan dengan peringatan dari Grant Cardone, pendiri Cardone Capital, yang juga menyarankan agar investor kripto tidak menjual Bitcoin mereka demi mengejar reli emas.
Tonton: Waspada: Harga Emas Antam Hari Ini (18 Oktober) Mulai Mengalami Koreksi
Dalam wawancara dengan Decrypt pekan lalu, Cardone menilai Bitcoin sebagai aset yang lebih unggul, karena mudah dipindahkan dan memiliki pasokan yang terbatas.
“Saya tidak akan mengejar reli emas ini,” ujarnya. “Setiap kali Anda menjual satu Bitcoin untuk membeli emas, Anda sebenarnya sedang kehilangan potensi keuntungan jutaan dolar.”