Reporter: Danto | Editor: Test Test
MAKAO. Bisa jadi, dalam beberapa masa ke depan Makao bakal sedikit berubah. Bila selama ini Makao terlalu identik dengan kota judi, atau terkenal dengan sebutan Las Vegas van Asia, bisa jadi dalam beberapa tahun ke depan akan sedikit berbeda.
Pemerintah setempat menyatakan bakal mengembangkan potensi bisnis lain di luar perjudian. "Selama lima tahun ke depan, kami akan secara aktif mempromosikan pembangunan ekonomi yang berbeda (dengan perjudian) di Makao," kata pemimpin baru wilayah itu, Fernando Chui, setelah dilantik oleh Presiden Cina Hu Jintao, bersamaan dengan perayaan 10 tahun Makao di bawahPpemerintah China, Minggu (20/12) kemarin, seperti dikutip Kantor Berita Associated Press (AP).
Sebelum bergabung dengan China, Makao adalah kawasan kota kecil nan kumuh, berada di bawah kekuasaan Portugis. Makao ada di bawah koloni Portugis selama lebih dari empat abad, sebelum kemudian bergabung ke China pada 20 Desember 1999.
Saat berada di bawah genggaman Portugis, Makao terkenal sebagai kawasan kriminal, tempat beroperasinya para gangster kelas kakap yang banyak membuat ciut nyali pada wisatawan.
Sejak jatuh ke tangan China, kekerasan di sana mulai mereda. Perekonomian juga pulih. Pemerintah Makao berdiri sendiri mengelola wilayah tersebut. Mereka menggeliat setelah mendirikan pusat kota judi, dan mengundang investor-investor Amerika Serikat untuk membuat pusat judi dan resor mewah di kota tersebut.
Hasilnya sungguh mencengangkan. Makao kemudian terkenal sebagai pusat perputaran uang para pemilik modal di Asia. Belakangan Makao terkenal dengan sebutan Las Vegas van Asia. Setiap tahun, jutaan para penjudi menyambangi kawasan tersebut.
Investor pun makin berdatangan. Pada 28 Agustus 2008 lalu, misalnya, sebelum dampak krisis global terasa ke wilayah Asia, Las Vegas Sands Corporation (LVSC) meresmikan Four Seasons Hotel Macao. Itu persis setahun setelah membuka The Venetian Hotel. Ini hotel kedua mereka di Cotai Strip, daratan hasil reklamasi di antara Pulau Colaine dan Taipa.
Konglomerat properti Sheldon G. Andelson, pendiri sekaligus CEO LVSC, turun langsung meresmikan hotel yang memakan modal US$ 1,1 miliar ini.
LVSC telah mempertaruhkan modal US$ 5,5 miliar di Makao. Kelak, ketika seluruh proyek di Cotai Strip selesai, LVSC memperkirakan investasi yang akan mereka kucurkan bakal mencapai US$ 13,5 miliar.
Nah, para investor berkantong tebal inilah yang ikut menggerakkan ekonomi Makao. Bahkan, pada tahun 2006, total pendapatan kasino di wilayah dengan luas kurang dari seperenam kota Washington DC itu mampu melewati perolehan bisnis judi di Las Vegas.
"Sekarang Makao jelas adalah sebuah kisah sukses ekonomi,” kata Jonathan Galaviz, konsultan independen bidang perjudian dan pariwisata di Makao, kepada Kantor Berita AP.
Terimbas krisis
Namun, roda harus berputar. Humbalang krisis global akhir 2008 mulai menggoyahkan Makao. Krisis ikut membuat bisnis judi di kota berpenduduk sekitar 550.000 jiwa tersebut kalang kabut. Para penjudi seperti enggan menyambangi kawasan yang terletak di 70 km sebelah barat daya Hong Kong itu. Terlebih, pada saat bersamaan Pemerintah China membatasi izin visa, sehingga memperlambat masuknya para penjudi.
Akibatnya, pendapatan dari sektor kasino di Makao seperti mati suri. Proyek pembangunan sarana kasino bernilai miliaran dolar Amerika Serikat telah ditangguhkan, ribuan pekerja pun diberhentikan.
Syukurlah, gencarnya stimulus dari Pemerintah China ikut membangkitkan kembali wisata judi di Makao. Pada bulan Oktober 2009 lalu, Makau mencatatkan pendapatan sekitar US$ 1,59 miliar. Ini tercatat pendapatan tertinggi kasino Makau sepanjang tahun ini.
Namun, perolehan pendapatan tersebut belumlah aman. Sebab, masih ada sejumlah ancaman terhadap industri judi di Makao. Yang terdekat, adalah rencana pembangunan dua lokasi perjudian di Singapura.
Pemerintah Singapura berencana membuka dua pusat bisnis judi di negara kota tersebut dalam beberapa bulan mendatang. Jika sudah beroperasi, bisa jadi para petaruh berkantong tebal kemungkinan besar beralih ke Negara Singa. Jelas ini bisa mematikan usaha judi Makao.
Maka, agar bisa lebih bersaing, para analis di China daratan memprediksi pemerintah Makao di bawah Fernando Chui, akan melakukan sejumlah pembenahan. Antara lain meninjau dan memfasilitasi kembali fasilitas pajak perjudian setempat.
Dari dalam negeri, pusat judi Makao kerap “terganggu” aksi demonstrasi. Pada 2007 saja, misalnya, banyak aksi demonstrasi para pekerja berbaur dengan penduduk lokal yang kesal dengan masuknya imigran tenaga kerja dan maraknya korupsi. Pada tahun 2008, seorang pejabat di departemen transportasi dan pekerjaan umum telah dijatuhi hukuman 27 tahun penjara akibat terlibat skandal suap jutaan dolar Amerika Serikat.
Kritikan memang sudah banyak terlontar. Antara lain dari pejabat pusat di Beijing yang meminta pemerintah Makao mengurangi ketergantungan pada bisnis kasino dan mengembangkan (diversifikasi) sektor ekonomi lain. Juga membenahi sektor ketenagakerjaan dan memberantas korupsi.
Gayung bersambut. Chui memang berniat mengembangkan bisnis lain, selain memperketat kontrol bisnis judi di Makao. "Selain kami memperkuat peraturan di industri judi, kami juga akan mendukung kemajuan dan transformasi konvensi, logistik, budaya dan industri tradisional," kata Chui, yang dipilih oleh 300 anggota komite.
Agaknya bakal ada angin baru dari pusat kota judi Makao.