Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Jepang bersiap menghadapi lusinan kapal penangkap ikan dari China yang melanggar perairan teritorialnya di sekitar pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Timur.
Pemerintah Jepang juga telah memperingatkan militernya untuk bersiap menanggapi setiap gangguan dari kapal-kapal tersebut.
Baca Juga: Hadapi ancaman Korea Utara, Korea Selatan siapkan ini
Jika Beijing mengizinkan kapal penangkap ikan untuk beroperasi di dekat Kepulauan Diaoyu (Jepang menyebutnya dengan Kepulauan Senkaku), maka akan mencerminkan eskalasi yang signifikan dalam sengketa kedaulatan nusantara.
Analis memperingatkan Tokyo akan memiliki pilihan terbatas untuk menanggapi sebanyak 100 kapal China, terutama jika mereka dikawal oleh kapal penjaga pantai China.
Surat kabar Sankei telah melaporkan Beijing mengatakan kepada Tokyo larangannya terhadap kapal penangkap ikan China yang beroperasi di perairan akan berakhir pada 16 Agustus.
Beijing telah memperkuat klaimnya atas kedaulatan atas pulau-pulau dan perairan sekitarnya dan menekankan Jepang tidak memiliki hak untuk menuntut kapal penangkap ikan menghentikan kapal mereka.
Baca Juga: Menkes AS sampaikan dukungan kuat ke Taiwan dalam lawatannya ke Taipei
Menteri Pertahanan Jepang Taro Kono mengatakan pada konferensi pers unit Pasukan Bela Diri (SDF) siap untuk menanggapi ancaman tersebut.
Sankei mengutip seorang pejabat senior pemerintah yang mengutuk peringatan Beijing sebagai "pernyataan niat balas dendam dan langkah strategis yang dirancang untuk membenarkan provokasi setelah larangan penangkapan ikan berakhir".
Ketika larangan sebelumnya dicabut oleh Beijing pada tahun 2016, 72 kapal penangkap ikan disertai dengan 28 kapal pemerintah China beroperasi di perairan teritorial di sekitar pulau tersebut selama empat hari.
Kapal penjaga pantai China terus menekan selama 18 bulan terakhir, memasuki perairan teritorial Jepang atau zona yang berdekatan di sekitar pulau dengan sesuka hati dan mengabaikan permintaan untuk pergi.
Baca Juga: Rusia diramal akan salip China sebagai produsen emas teratas dunia di 2029
“Tampaknya China berusaha untuk menggantikan penjaga pantai Jepang di perairan tersebut dalam hal kemampuan mereka untuk mengontrol dan melindungi kapal lain,” kata Garren Mulloy, profesor hubungan internasional di Universitas Daito Bunkyo yang berspesialisasi dalam masalah keamanan regional.
“Itu berarti mereka secara efektif menggantikan pemerintah lokal di pulau-pulau itu dan menggunakannya untuk memperkuat klaim mereka atas kendali kedaulatan. Itu cukup serius dan mimpi buruk yang harus dihadapi Jepang," katanya.