Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Ada dua cara ivermectin dapat mencegah replikasi virus corona. Pertama, mencegah virus dengan menekan respons antivirus alami sel manusia. Kedua, ada kemungkinan obat tersebut mencegah “lonjakan” protein pada permukaan virus untuk mengikat reseptor yang memungkinkannya memasuki sel manusia.
Oleh karena sifat anti-inflamasi yang terlihat dari respons ivermectin terhadap rosacea, ini mungkin menunjukkan efek yang berguna pada penyakit virus yang menyebabkan peradangan signifikan.
Temuan awal ini digunakan sebagai dasar dari banyak rekomendasi untuk penggunaan ivermectin untuk mengobati COVID-19, terutama di Amerika Latin, yang kemudian ditarik kembali.
Baca Juga: Izin Ivermectin dari BPOM bukan untuk terapi pengobatan Covid-19
Sejak itu, ada banyak penelitian tentang ivermectin sebagai pengobatan potensial untuk COVID-19. Pada akhir tahun 2020, sebuah kelompok penelitian di India mampu merangkum hasil dari empat penelitian kecil tentang ivermectin berjudul “Therapeutic potential of ivermectin as add-on treatment in COVID 19: A systematic review and meta-analysis”.
Dalam studi tersebut, ivermectin digunakan sebagai pengobatan tambahan pada pasien COVID-19. Ulasan ini menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik dalam kelangsungan hidup di antara pasien yang menerima ivermectin di samping pengobatan lain.
Baca Juga: Fakta tentang Ivermectin yang diklaim sebagai obat terapi Covid-19
Tetapi penulis menyatakan dengan jelas bahwa kualitas buktinya rendah dan bahwa temuannya harus diperlakukan dengan hati-hati. Seperti yang sering terjadi pada tinjauan beberapa penelitian kecil, makalah tersebut menyarankan bahwa percobaan lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah ivermectin memang efektif secara klinis.