Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JERUSALEM/WASHINGTON. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tampaknya telah meninggalkan proses negosiasi gencatan senjata di Gaza dengan kelompok militan Palestina, Hamas, sehari setelah masing-masing menarik delegasi mereka dari pembicaraan.
Netanyahu menyatakan bahwa Israel kini mempertimbangkan opsi “alternatif” untuk mencapai tujuannya, yaitu memulangkan para sandera dari Gaza dan mengakhiri kekuasaan Hamas di wilayah tersebut.
Baca Juga: Jerman Tegaskan Belum Akan Akui Negara Palestina dalam Waktu Dekat
Sementara itu, Trump mengatakan bahwa Hamas tidak berniat mencapai kesepakatan dan meyakini para pemimpin kelompok itu akan segera “diburu”.
Pernyataan tersebut muncul setelah utusan AS, Steve Witkoff, menyampaikan bahwa Hamas bertanggung jawab atas kebuntuan dalam negosiasi gencatan senjata yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir.
Netanyahu menyatakan bahwa pernyataan Witkoff itu benar, dan menegaskan bahwa Hamas merupakan penghalang utama tercapainya kesepakatan.
Pada Kamis (24/7/2025), Hamas telah memberikan tanggapan terhadap proposal gencatan senjata yang didukung AS.
Namun, hanya beberapa jam kemudian, Israel mengumumkan penarikan para negosiatornya untuk melakukan konsultasi internal.
Baca Juga: Israel Izinkan Negara Asing Jatuhkan Bantuan ke Gaza Lewat Udara, Mulai Jumat (25/7)
Hamas membantah penilaian Witkoff dan menyatakan bahwa negosiasi masih menunjukkan kemajuan.
Kelompok tersebut menuding pernyataan Witkoff bertujuan untuk memberikan tekanan atas nama Israel menjelang kemungkinan putaran perundingan berikutnya.
Proposal gencatan senjata tersebut rencananya berlangsung selama 60 hari, di mana bantuan kemanusiaan tambahan akan diizinkan masuk ke Gaza.
Sebagai imbalan, sebagian dari sekitar 50 sandera yang masih ditahan oleh militan akan dibebaskan, dengan imbalan pembebasan sejumlah tahanan Palestina dari penjara Israel.