Sumber: Newsweek | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam perkembangan terbaru terkait konflik Israel-Palestina, kelompok militan Palestina, Hamas, dengan tegas menolak usulan yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengenai pemindahan penduduk Gaza.
Trump, dalam pernyataannya pada Februari 2025, mengungkapkan bahwa warga Gaza kemungkinan tidak akan memiliki pilihan selain meninggalkan wilayah tersebut, dengan mengusulkan bahwa negara-negara tetangga seperti Mesir dan Yordania harus menerima lebih dari dua juta penduduk Gaza.
Usulan ini segera ditolak oleh Kairo dan Amman, serta mendapat kecaman keras dari berbagai negara Arab.
Baca Juga: Rencana Merger Nissan-Honda Senilai US$60 Miliar Buyar! Ini Sebabnya
Pengumuman Trump: Mengambil Alih Gaza
Pada konferensi pers di Gedung Putih bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump mengusulkan bahwa Amerika Serikat akan "mengambil alih" kontrol atas Jalur Gaza, sebuah pernyataan yang mengejutkan banyak pihak karena belum pernah dibahas secara serius sebelumnya.
Menurut Trump, Amerika Serikat akan bertanggung jawab untuk mengelola dan membersihkan wilayah tersebut dari bahan peledak, serta melakukan pencopotan senjata.
Selain itu, Trump mengungkapkan bahwa Gaza bisa dijadikan lokasi untuk pembangunan yang dapat memberikan peluang pekerjaan bagi penduduknya, dengan rencana pengembangan yang luas di masa depan.
Trump menggambarkan Gaza sebagai "lokasi perobohan," dan menyarankan pembangunan daerah baru yang dapat mengubah Gaza menjadi "Riviera Timur Tengah." Namun, rencana ini ditanggapi dengan keras oleh Hamas dan beberapa negara di kawasan tersebut.
Reaksi Hamas dan Pemimpin Palestina
Sami Abu Zuhri, seorang pejabat senior Hamas, dengan tegas menyatakan bahwa kelompok tersebut menolak keras pernyataan Trump dan menilai rencana tersebut akan menciptakan kekacauan serta ketegangan yang lebih besar di wilayah tersebut.
Hamas menegaskan bahwa penduduk Gaza, yang sudah lama tinggal di wilayah tersebut, tidak akan menerima rencana pemindahan paksa dan akan berjuang mempertahankan tanah mereka. Dalam hal ini, Hamas menyerukan agar agresi dan pendudukan Israel dihentikan, bukan malah mendorong pemindahan penduduk Gaza dari tanah mereka.
Baca Juga: Arab Saudi Murka! Tak akan Akui Israel Tanpa Kemerdekaan Palestina
Izzat al-Rishq, anggota biro politik Hamas, menambahkan bahwa penduduk Gaza memiliki hubungan yang kuat dengan tanah mereka dan tidak akan menerima skema yang bertujuan mengusir mereka dari rumah mereka.
Riyad Mansour, utusan Palestina untuk PBB, juga mengungkapkan hal yang serupa, menyatakan bahwa "tanah air kami adalah tanah air kami," menegaskan penolakan terhadap segala bentuk pemindahan penduduk dari wilayah Gaza.
Dampak dari Usulan Trump: Reaksi Internasional
Pernyataan Trump mengenai pemindahan penduduk Gaza dan rencana pengambilalihan wilayah ini mendapatkan respons negatif dari banyak pihak, terutama di dunia Arab.
Arab Saudi, misalnya, dengan cepat menegaskan kembali posisi mereka yang tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa adanya komitmen untuk pembentukan negara Palestina. Riyadh juga menegaskan penolakan mereka terhadap upaya pemindahan rakyat Palestina dari tanah mereka.
Kritik juga datang dari kalangan politik AS. Senator Connecticut, Chris Murphy, dengan tegas menyatakan bahwa invasi AS ke Gaza akan berujung pada pembunuhan ribuan tentara AS dan konflik panjang di Timur Tengah.
Sementara itu, Senator South Carolina, Lindsey Graham, menyebut komentar Trump sebagai "usulan menarik," namun juga mengingatkan bahwa banyak warga South Carolina yang mungkin tidak setuju dengan pengiriman pasukan AS ke Gaza.
Tanggapan dari Israel dan Keberlanjutan Konflik
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa pernyataan Trump perlu diperhatikan lebih lanjut, meskipun masih banyak yang meragukan apakah rencana tersebut dapat terlaksana.
Baca Juga: Morgan Stanley Revisi Perkiraan Suku Bunga The Fed di Tengah Ketidakpastian Tarif
Konflik antara Israel dan Palestina selama beberapa dekade telah menciptakan ketegangan yang mendalam di kawasan Timur Tengah, dengan Gaza menjadi salah satu pusat pertempuran utama.
Trump juga mengungkapkan bahwa tujuan utamanya adalah menciptakan kondisi yang lebih baik bagi rakyat Gaza.
Namun, beberapa pihak, termasuk diplomat dan pemimpin dunia, khawatir bahwa usulan tersebut justru akan memperburuk ketegangan yang sudah ada, memperburuk kondisi kemanusiaan di Gaza, dan menciptakan ketidakstabilan lebih lanjut di wilayah tersebut.