Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin (BTC), sebagai salah satu aset digital terkemuka, terus menjadi sorotan di tengah fluktuasi pasar yang tajam. Setelah mencapai harga tertinggi sepanjang masa (ATH) sebesar US$108.130 pada 17 Desember 2024, BTC mengalami tekanan jual yang signifikan.
Penurunan ini menimbulkan pertanyaan di kalangan investor: apakah harga Bitcoin akan jatuh di bawah US$90.000?
Perjalanan Harga Bitcoin: Dari ATH hingga Konsolidasi
Pada 20 Desember 2024, harga Bitcoin turun drastis hingga menyentuh US$92.810, meskipun sempat pulih dengan cepat. Namun, BTC mengalami kesulitan untuk kembali ke level US$100.000. Pada 7 Januari 2025, harga sempat naik menjadi US$102.250 sebelum kembali terkoreksi. Sejak saat itu, Bitcoin diperdagangkan mendekati US$95.000.
Baca Juga: Bitcoin Semakin Sulit Ditambang, Apa yang Akan Terjadi?
Pada 13 Januari 2025, Bitcoin mencatat penurunan signifikan. Harga turun dari US$95.900 menjadi US$90.820 dalam waktu singkat, menunjukkan momentum bearish yang kuat. Hingga saat ini, Bitcoin telah kehilangan 4,94% dari nilainya sejak awal tahun.
Tekanan Makroekonomi terhadap Harga Bitcoin
Beberapa faktor makroekonomi turut berkontribusi pada tekanan terhadap harga Bitcoin, di antaranya:
-
Pemulihan Pasar Tenaga Kerja di AS
Laporan terbaru menunjukkan adanya pemulihan signifikan di pasar tenaga kerja AS, dengan lebih dari 250.000 pekerjaan baru tercipta pada bulan terakhir 2024. Angka ini jauh melampaui perkiraan konsensus sebesar 165.000.
Namun, pasar tenaga kerja yang kuat dapat memicu inflasi, yang menjadi perhatian utama pemerintahan baru di bawah Donald Trump. -
Kebijakan Suku Bunga Federal Reserve
Untuk menahan laju inflasi, Federal Reserve kemungkinan besar akan mempertahankan suku bunga yang tinggi. Barclays, misalnya, memprediksi hanya akan ada satu pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin tahun ini.
Suku bunga yang tetap tinggi cenderung mengurangi daya tarik aset berisiko seperti Bitcoin, sehingga membatasi potensi kenaikannya. -
Strategi Profit Taking oleh Investor
Sebagian besar investor dan pedagang Bitcoin saat ini masih mencatat keuntungan. Dalam kondisi konsolidasi pasar, banyak yang memilih untuk merealisasikan keuntungan dan menunggu harga yang lebih menarik sebelum membuka posisi baru.
Baca Juga: Kisah Pilu Seorang Penambang Bitcoin, Rp12,2 Triliun Hilang di Tempat Sampah
Prediksi Harga Bitcoin: Apakah Tren Bullish Telah Berakhir?
Meskipun sentimen pasar saat ini cenderung bearish, beberapa analis tetap optimis terhadap prospek jangka panjang Bitcoin:
-
Peter Brandt
Analis legendaris ini memperkirakan bahwa Bitcoin bisa turun hingga US$73.018 sebelum memulai pemulihan dan kembali memasuki tren bullish. -
Ali Martinez
Martinez memproyeksikan kemungkinan penurunan hingga US$67.000. Ia juga mencatat adanya penurunan arus modal dan aktivitas jaringan Bitcoin.
Namun, Martinez menemukan pola bull pennant pada grafik harga Bitcoin, yang jika valid, dapat mendorong harga naik hingga US$140.000. Kenaikan ini setara dengan lonjakan sebesar 54,15%.