Sumber: Channel News Asia | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - SAN FRANCISCO. Apple memperingatkan kepada semua pengguna produknya untuk segera melakukan pembaruan sistem perangkat lunak, setelah menemukan adanya gangguan yang fatal.
Apple telah merilis patch pembaruan baru pada hari Rabu dan Kamis pekan ini untuk memperbaiki kerentanan. Apple mengakui bahwa celah itu mungkin saja sudah diketahui dan bisa dimanfaatkan oleh peretas.
"Apple mengetahui laporan bahwa masalah ini mungkin telah dieksploitasi secara aktif," tulis Apple dalam pernyataannya, seperti dikutip Channel News Asia.
Meskipun demikian, Apple tidak mengungkapkan apakah mereka memiliki informasi mengenai sejauh mana masalah tersebut telah dieksploitasi. Apple juga tidak mengungkap di mana atau oleh siapa kerentanan itu ditemukan.
Baca Juga: Akui Bercanda, Elon Musk: Saya Tidak Membeli Klub Olahraga Apa Pun
Deskripsi teknis yang disampaikan Apple menyebut bahwa peretas bisa saja memanfaatkan kelemahan sistem yang muncul untuk mengendalikan perangkat, mengakses data atau kemampuan lainnya.
Rachel Torac, CEO SocialProof Security, mengatakan bahwa kelemahan itu juga memungkinkan peretas untuk menyamar sebagai pemilik perangkat dan kemudian menjalankan perangkat lunak apa pun atas nama mereka.
Pakar keamanan digital menyarankan agar pengguna untuk segera melakukan pembaruan, terutama para pengguna iPhone 6S dan model yang lebih baru, beberapa model iPad, termasuk generasi ke-5 dan lebih baru, semua model iPad Pro dan iPad Air 2, dan komputer Mac yang menjalankan MacOS Monterey.
Baca Juga: Perusahaan Jepang Pilih Naikkan Gaji Demi Mengatasi Krisis Tenaga Kerja
Sebelum ini, Apple juga sempat mengakui adanya masalah serius yang serupa. Menurut peneliti keamanan Will Strafach, mungkin sudah ada puluhan kali celah keamanan ini terbuka. Strafach pun yakin celah itu telah dieksploitasi.
Celah keamanan pada gawai seperti ini kerap dimanfaatkan oleh kelompok kriminal internasional seperti NSO Group yang diketahui berasal dari Israel.
Kelompok ini biasanya menggunakan malware untuk menyedot konten dari gawai sambil mengawasi target secara real time. Sistem spyware yang mereka gunakan diketahui telah digunakan di Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin terhadap jurnalis, pemberontak, dan aktivis hak asasi manusia.