kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.324   50,00   0,31%
  • IDX 7.906   -21,15   -0,27%
  • KOMPAS100 1.110   -3,68   -0,33%
  • LQ45 818   -11,31   -1,36%
  • ISSI 266   0,54   0,20%
  • IDX30 424   -4,89   -1,14%
  • IDXHIDIV20 492   -5,66   -1,14%
  • IDX80 123   -1,56   -1,25%
  • IDXV30 132   -0,72   -0,54%
  • IDXQ30 137   -1,77   -1,27%

AS dan Rusia Bahas Potensi Kesepakatan Energi di Tengah Negosiasi Damai Ukraina


Selasa, 26 Agustus 2025 / 15:35 WIB
AS dan Rusia Bahas Potensi Kesepakatan Energi di Tengah Negosiasi Damai Ukraina
ILUSTRASI. Pejabat pemerintah Amerika Serikat dan Rusia dilaporkan membahas sejumlah kesepakatan yang bertujuan mencapai perdamaian di Ukraina. Sergei Kholodilin/BelTA/Handout via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pejabat pemerintah Amerika Serikat dan Rusia dilaporkan membahas sejumlah kesepakatan energi di sela-sela perundingan bulan ini yang bertujuan mencapai perdamaian di Ukraina.

Menurut lima sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut, ide-ide ini diajukan sebagai insentif agar Kremlin bersedia mengakhiri perang dan agar Washington melonggarkan sanksi terhadap Rusia.

Upaya Insentif Melalui Proyek Energi

Rusia sejak invasi ke Ukraina pada Februari 2022 menghadapi pembatasan investasi internasional di sektor energi, termasuk larangan melakukan kesepakatan besar. Dalam perundingan terbaru, beberapa opsi yang dibahas antara lain:

  • Exxon Mobil berpotensi kembali ke proyek minyak dan gas Sakhalin-1 di Rusia.

  • Rusia kemungkinan membeli peralatan AS untuk proyek LNG, termasuk Arctic LNG 2, yang saat ini berada di bawah sanksi Barat.

  • Ide lain adalah AS membeli kapal pemecah es bertenaga nuklir dari Rusia, sebagaimana dilaporkan Reuters pada 15 Agustus.

Meski demikian, tidak ada pejabat yang bersedia berbicara terbuka karena pembicaraan bersifat rahasia.

Baca Juga: Abaikan AS, India Siap Beli Minyak dengan Harga Terbaik, Termasuk dari Rusia

Peran Pertemuan Tingkat Tinggi

Diskusi ini berlangsung saat utusan AS Steve Witkoff mengunjungi Moskow awal bulan Agustus, bertemu langsung dengan Presiden Vladimir Putin serta utusan investasi Rusia, Kirill Dmitriev. Menurut dua sumber, isu yang sama juga sempat dibicarakan dalam rapat internal Gedung Putih bersama Presiden Donald Trump.

Pembahasan singkat mengenai kesepakatan ini juga terjadi dalam KTT Alaska pada 15 Agustus. Seorang sumber menyebut Gedung Putih ingin menghasilkan “headline besar” berupa kesepakatan investasi setelah pertemuan tersebut.

“Trump merasa sudah mencapai sesuatu bila ada kesepakatan besar yang bisa diumumkan,” kata salah satu sumber yang mengetahui jalannya diskusi.

Strategi Tekanan dan Tarik-Ulur

Meski menjajaki peluang kerja sama energi, Trump tetap menekan Rusia dengan ancaman sanksi tambahan apabila tidak ada kemajuan dalam pembicaraan damai. Ia juga mengancam akan memberlakukan tarif keras terhadap India, salah satu pembeli utama minyak Rusia—langkah yang dapat mempersempit pasar ekspor energi Moskow.

Sebelumnya, Trump dan tim keamanan nasionalnya juga pernah mengeksplorasi cara menghidupkan kembali aliran gas Rusia ke Eropa, namun rencana itu tertahan karena Uni Eropa berkomitmen penuh untuk menghapus ketergantungan energi Rusia pada 2027.

Kini, fokus pembicaraan bergeser ke kesepakatan bilateral AS–Rusia, terlepas dari sikap tegas Uni Eropa dalam mendukung Ukraina.

Isu Sakhalin-1 dan Arctic LNG 2

Menariknya, pada hari yang sama dengan KTT Alaska, Putin menandatangani dekret yang memungkinkan investor asing, termasuk Exxon Mobil, untuk kembali memperoleh saham di Sakhalin-1. Namun, syaratnya adalah para pemegang saham asing tersebut harus mendorong pencabutan sanksi Barat.

Exxon sendiri hengkang dari Rusia pada 2022 dengan kerugian $4,6 miliar setelah pemerintah Rusia menyita kepemilikan 30% mereka di proyek Sakhalin-1.

Sementara itu, proyek Arctic LNG 2 milik Novatek masih kesulitan beroperasi di bawah sanksi. Proyek ini memerlukan kapal pemecah es kelas Arktik, yang saat ini diblokir oleh pembatasan Barat.

Baca Juga: Diam-Diam, Pentagon Blokir Penggunaan Rudal AS oleh Ukraina terhadap Rusia

Meski begitu, sejak April 2025, pabrik LNG tersebut kembali memproses gas meski dengan kapasitas rendah, dan beberapa kargo berhasil diekspor menggunakan kapal yang terkena sanksi.

Washington disebut berupaya mendorong Rusia untuk membeli teknologi AS ketimbang Cina, sebagai bagian dari strategi jangka panjang memisahkan hubungan Moskow–Beijing.

Dimensi Geopolitik: Mengimbangi Cina

Langkah AS ini juga dinilai sebagai bagian dari upaya melemahkan kemitraan strategis Rusia–Cina. Kedua negara mendeklarasikan hubungan “tanpa batas” hanya beberapa hari sebelum invasi Ukraina dimulai.

Presiden Xi Jinping dan Putin sudah lebih dari 40 kali bertemu dalam satu dekade terakhir, dan dalam beberapa bulan terakhir Putin kembali menegaskan bahwa Cina adalah sekutu utama Rusia.

Selanjutnya: Efek Diskon Pajak Pemprov DKI Diprediksi Minim ke Pelaku Usaha

Menarik Dibaca: Saatnya Berburu Diskon Tiket Liburan di Astindo Travel Fair 2025




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×