kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.577.000   13.000   0,83%
  • USD/IDR 16.375   -60,00   -0,37%
  • IDX 7.108   27,96   0,39%
  • KOMPAS100 1.052   -1,07   -0,10%
  • LQ45 828   0,75   0,09%
  • ISSI 212   -0,75   -0,35%
  • IDX30 426   0,83   0,19%
  • IDXHIDIV20 509   1,31   0,26%
  • IDX80 120   -0,25   -0,21%
  • IDXV30 124   -0,06   -0,04%
  • IDXQ30 140   0,01   0,01%

AS Masih Mengandalkan Impor Uranium dari Rusia untuk Nuklir


Jumat, 17 Januari 2025 / 04:25 WIB
AS Masih Mengandalkan Impor Uranium dari Rusia untuk Nuklir
ILUSTRASI. Negara : Inggris ;Jumlah reaktor : 19 reaktor ;Produksi 2014 : 57,9 TWh ;PLTN (%) : 15% ;Uraian : - Inggris memiliki 19 reaktor nuklir dan telah menghasilkan tenaga nuklir yang telah menyuplai seperenam kebutuhan listrik Inggris di tahun 2012. ;- Sejak didirikan tahun 1956, Inggris “hanya” mengalami dua kali kecelakaan nuklir yaitu di Windscale karena kebakaran tumpukan plutonium tanggal 8 Oktober 1957 dan di Sellafield karena sebanyak 20 ton uranium dan 160kg plutonium mengalami kebocoran karena ada pipa yang retak pada tanggal 19 April 2005. ;Sumber foto : english.gov.cn


Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON – Amerika Serikat tetap bergantung pada bahan bakar nuklir dari Rusia, dengan sekitar 20% pasokannya berasal dari Moskow, ungkap Geoffrey Pyatt, Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Sumber Daya Energi.  

Meski sebelumnya Departemen Energi AS menyatakan kekhawatirannya terhadap ketergantungan ini, upaya untuk mengurangi hingga menghilangkan impor bahan bakar nuklir dari Rusia masih memerlukan waktu.  

Baca Juga: AS Selidiki Impor Uranium dari China, Ada Masalah Apa?

"AS masih mendapatkan sekitar 20% bahan bakar nuklirnya dari Rusia, jadi perlu waktu untuk membangun rantai pasokan yang bebas dari Rusia," kata Pyatt dalam sebuah acara yang diselenggarakan think tank Atlantic Council pada Rabu.  

Menurut Administrasi Informasi Energi AS (EIA), Rusia memasok sekitar 27% uranium yang diperkaya untuk reaktor nuklir sipil AS pada 2023.  

Presiden AS Joe Biden telah menandatangani larangan impor uranium dari Rusia melalui Prohibiting Russian Uranium Imports Act tahun lalu. Namun, sistem pengecualian (waiver) memungkinkan pembelian uranium di bawah kondisi tertentu hingga 2028.  

Baca Juga: Balas Sanksi Barat, Vladimir Putin Ancam Pembatasan Ekspor Uranium Rusia

Sebagai tanggapan atas larangan ini, pada November lalu pemerintah Rusia memberlakukan pembatasan sementara ekspor uranium yang diperkaya ke AS.  

AS memiliki cadangan uranium sendiri, tetapi produksinya menurun selama beberapa dekade terakhir akibat persaingan pasar dengan produsen asing berbiaya rendah dan kekhawatiran lingkungan.  

Nick Lawson, CEO Ocean Wall, mengatakan kepada Financial Times bahwa pembangunan fasilitas baru akan memakan waktu bertahun-tahun dan membutuhkan biaya besar.  

Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah AS telah mengalokasikan US$ 2,72 miliar melalui Prohibiting Russian Uranium Imports Act guna mendanai fasilitas pengayaan uranium di dalam negeri.  

Rusia memegang posisi dominan dalam pasar uranium global, dengan kapasitas pengayaan yang mencakup sekitar 44% dari kapasitas dunia. Hal ini menjadikannya pemain terbesar di sektor tersebut.  

Sementara itu, harga uranium yang diperkaya melonjak ke rekor tertinggi bulan ini. Ketertarikan perusahaan teknologi besar seperti Microsoft dan Amazon dalam menggunakan bahan bakar ini untuk pusat data energi-intensif mereka semakin mendorong kenaikan harga, terutama di tengah persaingan untuk menguasai pasar AI generatif.  

Tonton: Biden Bahas Rencana untuk Serang Situs Nuklir Iran Sebelum Pelantikan Trump

Selanjutnya: Inilah Rute Internasional Terbaru TransNusa: Denpasar-Perth

Menarik Dibaca: 20 Link Twibbon HUT Baznas Ke-24 Diperingati Tanggal 17 Januari 2025



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×