Reporter: Dani Prasetya, Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Perkembangan teknologi informasi memberikan peluang bagi peretas alias hacker melakukan aksi mereka. Subjek peretasan pun kian meluas hingga pencurian informasi perbankan dan kartu kredit.
Banyak yang sukses lolos meretas informasi penting, tapi banyak pula yang berhasil tertangkap. Seperti yang baru saja terjadi. Pejabat Penegakan Hukum Amerika Serikat (AS) merilis info, telah menangkap 24 terduga hacker yang telah beroperasi di empat benua.
Sebanyak sebelas dari mereka tertangkap di AS, sedangkan 13 orang lain ditangkap di berbagai negara, mulai dari Inggris hingga Jepang.
Rata-rata, para hacker itu berusia sekitar 18 tahun - 25 tahun. Beberapa di antaranya bakal menghadapi pidana penjara selama 40 tahun atau lebih apabila terbukti menjalankan konspirasi tersebut. "Para pelaku kriminal komputer cerdas yang beroperasi di belakang internet masih menjadi target hukum," ungkap Jaksa Wilayah Manhattan, Preet Bharara.
Dalam periode dua tahun investigasi, agen Federal Bureau Investigation (FBI) menyamar menjadi seorang hacker yang berselancar di forum internet. Layaknya peretas lain, agen tersebut mencoba metoda menerobos pengaman data dan membuat kartu kredit yang bisa bekerja untuk internet dan pembelian personal.
Alhasil, penyelidikan ini sukses menggagalkan potensi kerugian sekitar US$ 205 juta atas 411.000 kartu kredit dan kartu debit konsumer yang mencurigakan.
Selama operasi berlangsung, papar FBI, penyelidikan tidak hanya berkutat pada aktivitas hacker, tapi juga fokus pada kontak berbagai pihak dan institusi yang terimbas aksi sang peretas. Sambil penyelidikan, FBI sembari memberi petunjuk untuk perbaikan pengamanan.
Di tengah gencarnya kasus tadi, Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat juga mengajukan komplain terhadap Wyndham Worldwide Corp dan tiga anak usahanya. Alasannya, operator hotel tersebut gagal menjaga keamanan data konsumen.
Kegagalan tersebut tercermin dari pencurian ratusan nomor kartu pembayaran milik konsumen. Identitas kartu tersebut terkirim melalui alamat internet yang terdaftar di Rusia dan menyebabkan beban penipuan mencapai US$ 10,6 juta.