Sumber: New York Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Amerika Serikat (AS) melalui Jaksa Agung Merrick Garland pada hari Rabu (6/4) mengatakan telah secara diam-diam menghapus malware dari jaringan internet dunia dalam beberapa pekan terakhir. Langkah ini diambil untuk mencegah adanya serangan siber dari Rusia.
Dalam pernyataannya, Garland menyebut langkah ini merupakan tanggapan atas percobaan serangan siber Rusia yang menyasar perusahaan keuangan, jaringan pipa, dan jaringan listrik.
Dilansir dari New York Times, malware yang menjadi sasaran memungkinkan Rusia untuk melakukan "botnet", sebuah jaringan komputer pribadi yang dikendalikan oleh GRU, badan intelijen militer Rusia.
Sayangnya, Garland tidak menjelaskan sistem kerja malware yang dimaksud. Hanya disebutkan bahwa malware tersebut dapat digunakan untuk segala hal mulai dari pengawasan hingga serangan yang merusak.
"Untungnya, kami dapat menghalangi botnet ini sebelum dapat digunakan," kata Garland.
Baca Juga: Tugas di Kiev dan Chernihiv Selesai, Pasukan Rusia Kini Fokus ke Wilayah Donbass
Berbekal perintah pengadilan rahasia di AS dan bantuan pemerintah di seluruh dunia, Departemen Kehakiman dan FBI memutuskan jaringan dari pengontrol GRU sendiri.
Perintah pengadilan mengizinkan FBI untuk masuk ke jaringan perusahaan domestik dan menghapus malware, terkadang tanpa sepengetahuan perusahaan, bahkan terkadang tanpa diketahui oleh perusahaan itu sendiri.
Serangan siber Rusia menargetkan Ukraina
Sampai saat ini para pejabat terkait di AS masih meyakini bahwa serangan siber Rusia telah secara khusus diarahkan ke Ukraina. Salah satu malware yang disiapkan bahkan disebut mampu melumpuhkan kantor pemerintah Ukraina dan menyerang sistem satelit Eropa yang disebut Viasat.
Baca Juga: Pentagon: Pasukan Rusia di Ukraina Saat Ini Dalam Posisi Bertahan
Insiden serangan satelit itu menjadi perhatian khusus bagi Pentagon dan badan-badan intelijen AS. Bagi mereka, aksi itu telah mengekspos kerentanan dalam sistem komunikasi kritis yang dapat dieksploitasi oleh Rusia dan lainnya.
Pemerintahan Biden telah menginstruksikan perusahaan infrastruktur penting di AS untuk bersiap menahan serangan siber Rusia. Seruan yang sama juga telah digemakan oleh pemerintah Inggris.
Para peneliti mengatakan bahwa aktivitas malware baru-baru ini di Ukraina menunjukkan keinginan Rusia yang meningkat untuk menyebabkan kerusakan digital.
Mereka juga menduga Rusia bisa saja bertanggung jawab atas serangan siber lain yang telah terjadi sejak perang dimulai, termasuk pada layanan komunikasi Ukraina.
Pejabat Ukraina mengatakan Rusia juga berada di belakang upaya untuk menyebarkan disinformasi tentang penyerahan diri.