kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Asia Tenggara Bersiap Mendulang Cuan dari Wisatawan China


Sabtu, 07 Januari 2023 / 12:35 WIB
Asia Tenggara Bersiap Mendulang Cuan dari Wisatawan China
ILUSTRASI. Pemerintah China telah mencabut larangan perjalanan dari negara dengan ekonomi terbesar kedua tersebut.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah China telah mencabut larangan perjalanan dari negara dengan ekonomi terbesar kedua tersebut. Larangan pencabutan akan dilakukan mulai Minggu (8/1). Ini akan menjadi pelonggaran yang signifikan setelah pembatasan kebijakan nol Covid-19 dalam tiga tahun terakhir.

Meskipun demikian, masih ada beberapa negara yang secara tidak sengaja akan menerima warga China untuk berwisata, seperti Australia, Inggris, Jepang, dan Amerika Serikat. Para wisatawan China setidaknya perlu menunjukkan hasil tes negatif Covid-19.

Kondisi tersebut akhirnya menjadi berkah tersendiri bagi negara-negara di Asia Tenggara yang sudah cukup lama dalam menerima wisatawan asing. Mereka pun terbuka dengan wisatawan dari China.

Baca Juga: Dana Asing Menggelar Rotasi Portofolio Baru ke Asia Timur

Indonesia menargetkan lebih dari 250.000 turis China pada 2023. Jumlah tersebut masih tergolong kecil dibandingkan angka pra-pandemi.

Sebagai informasi, dua juta turis China berkunjung ke Indonesia setiap tahun sebelum pandemi. Larangan pencabutan tersebut diharapkan bisa menjadi momen kembalinya warga China ke Indonesia, seperti yang diharapkan beberapa pemilik restoran di Bali.

“Sebelum pandemi, kami memiliki banyak pelanggan China. Setidaknya 100 hingga 200 pelanggan datang setiap hari," kata Kadek Sucana, pemilik restoran seafood di kawasan Jimbaran, dikutip dari Channel News Asia, Jumat (6/1).

Thailand yang dikenal dengan Negeri Gajah Putih juga tidak memberlakukan aturan baru. Negara itu mengharapkan sekitar lima juta turis China tahun ini, kurang dari sebagian jumlah yang datang pada 2019.

Pariwisata di Thailand menyumbang hampir 20% dari pendapatan nasional sebelum pandemi, dengan China sebagai sumber turis asing terbesar.

"Ini adalah kesempatan untuk memulihkan situasi ekonomi kita dan pulih dari kerugian yang kita derita selama hampir tiga tahun," kata Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand Anutin Charnvirakul Anutin.

Baca Juga: Tiga Indeks Utama Wall Street Melonjak Lebih dari 2% pada Jumat (6/1)

Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, mengatakan pada awal pekan ini bahwa negaranya adalah tujuan yang menarik bagi orang China. Alasannya, negara tersebut tidak mengharuskan orang China melakukan apa pun, 

“Hanya untuk datang sebagai turis biasa,” bunyi pernyataannya dalam Khmer Times.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda pada tahun 2020, Kamboja menerima lebih dari dua juta turis China per tahun, atau hampir 40% dari semua kedatangan internasional.

Pemerintah Singapura juga menyatakan tidak akan ada perubahan dalam memahami terkait Covid-19 untuk wisatawan dari China.

Hanya saja, orang asing yang tidak divaksinasi penuh perlu menjalani tes pra-keberangkatan sebelum mereka dapat memasuki Singapura, sedangkan pengunjung jangka pendek masih diperbolehkan membeli asuransi untuk biaya pengobatan terkait Covid-19.

Baca Juga: Taiwan Kembali Menawarkan Bantuan China untuk Melawan Covid-19

Di sisi lain, pemerintah Malaysia menyebutkan akan menyaring semua wisatawan yang masuk, terutama yang sedang mengalami demam. Malaysia juga menguji air limbah dari pesawat yang tiba dari China untuk pemeriksaan Covid-19.

Ekonom CIMB Song Seng Wun berpendapat turis China yang bepergian diperkirakan akan lebih memilih negara yang tidak memerlukan pengujian Covid-19. Tentu, hal ini menjadi menguntungkan bagi negara Asia Tenggara, 

"Semakin sibuk bandara regional, semakin baik untuk ekonomi mereka," tambahnya.

sebesar 76% agen perjalanan China juga menempatkan Asia Tenggara sebagai tujuan utama ketika perjalanan dilanjutkan, menurut sebuah survei yang dirilis pada bulan Desember oleh pameran dagang ITB China.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×