Sumber: The Guardian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - Olimpiade Paris menjadi saksi momen langka yang menunjukkan kekuatan olahraga untuk menyatukan orang, meskipun hanya untuk sesaat.
Sebuah selfie yang diambil oleh para atlet tenis meja dari kedua sisi Semenanjung Korea menjadi salah satu gambar paling dirayakan dari ajang tersebut.
Selfie itu diambil oleh pasangan ganda campuran Korea Selatan, Lim Jong-hoon dan Shin Yu-bin, bersama pasangan Korea Utara, Kim Kum-yong dan Ri Jong-sik, setelah menerima medali perunggu dan perak di Arena South Paris.
Namun, di balik senyum yang terekam dalam selfie tersebut, tersembunyi ketegangan yang mengancam dua atlet Korea Utara. Dalam laporan media baru-baru ini, diklaim bahwa Kim dan Ri telah ditempatkan di bawah "pemeriksaan ideologi" setelah kembali ke Korea Utara.
Baca Juga: Atlet Korea Utara dan Korea Selatan Selfie di Podium Olimpiade Paris 2024
Pemeriksaan Ideologi: Proses Standar bagi Atlet Korea Utara
Laporan dari The Daily NK, sebuah situs yang berbasis di Seoul dan berfokus pada Korea Utara, mengungkapkan bahwa para atlet dan anggota Komite Olimpiade Korea Utara telah menjalani proses "pembersihan ideologi" selama sebulan sejak mereka kembali ke tanah air pada pertengahan Agustus.
Proses ini merupakan prosedur standar bagi para atlet Korea Utara yang telah terpapar kehidupan di luar negara komunis tersebut.
Atlet Korea Utara dilaporkan telah diberitahu untuk tidak berinteraksi dengan sesama kompetitor dari negara lain, termasuk Korea Selatan, selama Olimpiade. Mereka juga diberi peringatan bahwa siapa pun yang "bergaul" dengan atlet dari negara musuh bisa menghadapi hukuman.
Kim dan Ri dikabarkan menjadi sasaran kritik dalam laporan yang diserahkan kepada pejabat, karena "tersenyum lebar" saat berpose bersama atlet dari negara yang disebut rezim sebagai "musuh nomor satu". Tindakan ini dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap panduan ideologis yang ketat yang diberlakukan oleh pemerintah Korea Utara.
Baca Juga: Salah Sebut Nama Negara dalam Pembukaan Olimpiade, IOC Minta Maaf kepada Korsel
Dampak Ketegangan Politik Terhadap Atlet
Selfie tersebut diambil pada saat ketegangan antara kedua Korea berada di puncaknya. Konflik antara Korea Utara dan Selatan, yang dimulai pada 1950 dan berakhir dengan gencatan senjata tanpa perjanjian damai pada 1953, masih membayangi hubungan kedua negara hingga kini.
Korea Utara baru-baru ini memprotes latihan militer bersama antara Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang, sementara kerja sama yang berkembang antara pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah menimbulkan kekhawatiran di seluruh kawasan.
Belum jelas apa sanksi yang mungkin dihadapi oleh Kim dan Ri atas tindakan mereka. The Korea Times mengindikasikan bahwa hukuman tersebut bisa bergantung pada seberapa besar penyesalan yang mereka tunjukkan dalam sesi refleksi diri yang diadakan setelah proses "pemeriksaan ideologi".
Pengendalian Perilaku di Luar Perbatasan
Human Rights Watch mengkritik keras laporan ini, yang mereka sebut sebagai bukti upaya pemerintah Korea Utara untuk mengendalikan perilaku warga negaranya bahkan di luar perbatasan.
Mereka menekankan bahwa Komite Olimpiade Internasional memiliki tanggung jawab untuk melindungi atlet dari segala bentuk pelecehan dan penyalahgunaan, seperti yang diatur dalam Piagam Olimpiade.
Baca Juga: Korea Utara Kembali Buka Pintu untuk Turis Asing
Mereka juga menyatakan bahwa atlet Korea Utara tidak seharusnya takut akan pembalasan atas tindakan mereka selama Olimpiade, terutama ketika tindakan tersebut mencerminkan nilai-nilai penghormatan dan persahabatan yang menjadi dasar gerakan Olimpiade.
Meskipun Kim dan Ri berhasil memenangkan medali perak, atlet Korea Utara lainnya dilaporkan telah dihukum karena kinerja yang dianggap tidak memadai. The Daily NK menyoroti kasus tim sepak bola Korea Utara yang tersingkir dari Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan setelah kalah dalam semua pertandingan grup mereka dan kebobolan 12 gol.
Para pemain dilaporkan dikenakan sesi kritik selama enam jam atas tuduhan "mengkhianati" perjuangan ideologis bangsa, sementara pelatih mereka, Kim Jung-hun, dipaksa bekerja di lokasi konstruksi.