CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.886   12,00   0,08%
  • IDX 7.159   -55,52   -0,77%
  • KOMPAS100 1.094   -8,85   -0,80%
  • LQ45 872   -3,29   -0,38%
  • ISSI 216   -2,49   -1,14%
  • IDX30 447   -0,91   -0,20%
  • IDXHIDIV20 540   0,71   0,13%
  • IDX80 125   -0,91   -0,72%
  • IDXV30 135   -0,09   -0,06%
  • IDXQ30 149   -0,09   -0,06%

Awas, krisis Irlandia bisa jadi awal krisis baru Eropa


Jumat, 12 November 2010 / 08:50 WIB
Awas, krisis Irlandia bisa jadi awal krisis baru Eropa
ILUSTRASI.


Reporter: Cipta Wahyana, Reuters | Editor: Cipta Wahyana

DUBLIN. Para pejabat otoritas keuangan Uni Eropa bakal kembali susah tidur nyenyak. Sebab, baru saja krisis surat utang yang berawal dari Yunani mereda, kini, bibit krisis baru kembali muncul.

Kali ini, sinyal tanda bahaya itu datang dari Irlandia. Dalam tiga minggu terakhir, imbal hasil (yield) surat utang terbitan pemerintah berjuluk Celtic Tiger itu terus menanjak.

Tak tanggung-tanggung, hanya dalam tiga minggu, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun telah melonjak menjadi 9% dari sebelumnya hanya 6%. "Peningkatan spread (selisih) yield obligasi ini sangat serius. Dan ini menjadi perhatian seluruh kawasan Eropa," ujar Menteri Keuangan Irlandia Brian Lenihan di Dublin, Kamis (11/11).

Lenihan menyalahkan komentar pejabat Jerman tentang mekanisme penyelamatan krisis di Uni Eropa sebagai salah salah satu penyebab lonjakan yield di Irlandia itu.

Beberapa pejabat Jerman memang mengusulkan agar investor yang memegang surat utang pemerintah anggota Uni Eropa ikut menanggung biaya penyelamatan jika terjadi krisis di masa mendatang.

Sejatinya, mekanisme penyelamatan anyar itu masih belum jelas. Jerman sendiri juga menyatakan bahwa mekanisme itu mungkin tidak akan berlaku untuk surat utang yang telah beredar (existing) saat ini.

Namun, peryataan itu sudah telanjur meniupkan kekhawatiran di kalangan investor obligasi. Nah, yang terpukul pertama kali adalah pasar obligasi Irlandia. Investor terus menekan harga obligasi pemerintah Irlandia sehingga yield-nya terbang tinggi.

Ini bisa dimaklumi. Sebab, saat ini, posisi keuangan Irlandia memang paling ringkih jika dibandingkan negara-negara Uni Eropa lainnya. Akhir tahun ini, defisit anggaran pemerintah Irlandia akan mencapai 32% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mereka. Angka defisit ini menjadi yang tertinggi di kawasan Eropa.

Dalam kondisi seperti ini, jelas, Irlandia memiliki risiko paling besar untuk gagal bayar (default). Dan, jika lonjakan yield tidak kunjung mereda, bukan tidak mungkin Irlandia membutuhkan suntikan dana dari Eropa seperti halnya Yunani.

Hasil polling terbaru Reuters menunjukkan bahwa para ekonom yang pesimistis terhadap prospek Irlandia. Buktinya, 20 ekonom dan total 30 ekonom yang disurvei menyatakan bahwa Irlandia tidak akan mampu melewati tahun 2011 jika tidak memperoleh bantuan dana eksternal.

Irlandia tetap optimistis

Para pejabat Uni Eropa pun terus mencermati kondisi pasar surat utang Irlandia. European Commission President Jose Manuel Barroso juga menyatakan bahwa Uni Eropa siap mengambil tindakan jika Irlandia membutuhkan bantuan mitranya di Uni Eropa.

Sejauh ini, pemerintah Irlandia sendiri masih cukup optimistis. "Kami memiliki kapasitas untuk membuat negara kami bertahan dan tetap kredibel," tegas Lenihan.

Namun, kekhawatiran itu telah telanjur menyebar. Saham-saham perbankan berguguran. Misalnya harga saham Allied Irish Banks anjlok 6% dan saham Bank of Ireland rontok 7% Kamis (11/11). Harga saham Royal Bank of Scotland yang memiliki eksposur besar di Irlandia juga longsor cukup dalam.

Kecemasan itu juga telah membuat harga surat utang yang menjadi instrumen asuransi risiko default atau credit defauld swap (CDS) obligasi pemerintah Portugal dan Spanyol juga melonjak ke rekor tertinggi.

Sementara, selisih (spread) antara yield obligasi bertenor 10 tahun terbitan Irlandia dan obligasi terbitan Jerman ( yang menjadi benchmark) melonjak melampaui 680 basis poin dan mencetak rekor tertinggi secara berturut-turut dalam sembilan sesi transaksi terakhir.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×