kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.927.000   10.000   0,52%
  • USD/IDR 16.295   -56,00   -0,34%
  • IDX 7.312   24,89   0,34%
  • KOMPAS100 1.036   -2,36   -0,23%
  • LQ45 785   -2,50   -0,32%
  • ISSI 243   1,24   0,51%
  • IDX30 407   -0,78   -0,19%
  • IDXHIDIV20 465   -1,41   -0,30%
  • IDX80 117   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 118   -0,08   -0,07%
  • IDXQ30 129   -0,58   -0,45%

Bangun Portofolio Rp 81 Miliar Tanpa Penasihat, Ini Strategi Richard Ye


Sabtu, 19 Juli 2025 / 22:18 WIB
Bangun Portofolio Rp 81 Miliar Tanpa Penasihat, Ini Strategi Richard Ye
ILUSTRASI. IHSG Melemah-Investor mengamati pergerakan saham sesi pertama perdagangan, Senin (26/5/2025), di Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,36% atau 25,80 poin ke level 7.188,3. Sepanjang hari kemarin indeks bergerak dalam kisaran 7.129 hingga 7.240. Sebanyak 225 saham tercatat mengalami kenaikan, 414 saham mengalami penurunan, dan 170 saham tidak mengalami perubahan atau stagnan. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/26/05/2025


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - Richard Ye, seorang investor mandiri asal Melbourne, tengah membangun portofolio investasi senilai US$ 5 juta atau sekitar Rp 81,4 miliar (kurs Rp 16.296)  tanpa mengandalkan jasa penasihat keuangan profesional.

Lima tahun setelah memulai perjalanannya, ia telah melampaui target awal sebesar US$ 1 juta dan kini telah mencapai US$ 1,5 juta. Prinsip yang ia pegang sederhana: terus belajar dan tetap rendah hati.

Melansir Financial Review, Sabtu (19/7) dengan latar belakang karier selama 25 tahun di dunia keuangan, termasuk sebagai auditor di Ernst & Young serta pengalaman bekerja di China dan Amerika Serikat, Ye kini menjalani profesi sebagai konsultan manajemen lepas.

Baca Juga: Jeff Bezos Rajin Bangun Portofolio Investasi Properti di Berbagai Lokasi Strategis

Ia mulai aktif berinvestasi di Australia saat pandemi Covid-19 mendorongnya untuk meninjau kembali prioritas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Kala itu, ia memulai investasinya dengan dana awal sebesar US$ 250.000 dan berkomitmen menambahkan US$ 3.000 setiap minggu, selama syarat teknikal tertentu terpenuhi.

Strategi yang Ye terapkan menekankan pada efisiensi biaya. Ia memilih mengelola investasinya sendiri, dengan mengandalkan strategi seperti dollar-cost averaging, penggunaan ETF berbiaya rendah, dan pembelajaran dari berbagai sumber informasi keuangan.

Ia mengalokasikan 50% dananya ke ETF, 20% ke saham unggulan di pasar AS dan Australia, serta 30% ke produk hibrida bank di Australia, meskipun kini ia mulai mencari alternatif untuk instrumen hibrida yang akan dihapuskan.

Baca Juga: Ekuitas Asuransi Digital Bersama (YOII) Baru Rp 204 Miliar, Ini Strategi Perusahaan

Portofolio ETF milik Ye mencakup lima produk: Betashares Nasdaq 100 ETF, Vanguard ETF indeks pasar total berbobot setara, VanEck ETF berbobot setara untuk pasar Australia, Betashares ETF sektor sumber daya Australia, dan Betashares ETF keamanan siber global.

Ia juga memiliki kepemilikan langsung di perusahaan besar seperti Google dan ASX Ltd. Sejak mulai berinvestasi di Australia, Ye mencatatkan imbal hasil tahunan rata-rata sebesar 8%.

Target jangka panjangnya adalah mengumpulkan kekayaan sebesar US$ 5 juta saat ia menginjak usia 67 tahun, setara dengan sekitar US$ 3 juta dalam nilai saat ini setelah disesuaikan dengan inflasi.

Ia memperkirakan portofolio tersebut akan menghasilkan pendapatan tahunan antara US$ 300.000 hingga US$ 500.000.

Averaging biaya dolar menjadi komponen penting dari pendekatannya, di mana ia berinvestasi secara konsisten tanpa memperhatikan fluktuasi harga aset.

Akun Betashares Direct yang digunakannya memungkinkan investasi rutin dengan biaya sangat rendah, berbeda dengan broker konvensional yang biasanya mengenakan biaya tetap per transaksi.

Meski begitu, ia tetap memperhatikan sinyal teknikal untuk menunda pembelian saat pasar dinilai terlalu mahal, terutama ketika indeks S&P 500 berada jauh di atas rata-rata pergerakan 50 dan 200 hari.

Baca Juga: Bidik Laba Rp 720 miliar, Ini Strategi Bank Woori Saudara Tahun Ini

Kredit franking dari produk hibrida menyumbang bagian signifikan dari total imbal hasilnya. Meskipun portofolionya menghasilkan sekitar US$ 100.000 per tahun, pendapatan kena pajaknya jauh lebih rendah karena banyak keuntungan tersebut diinvestasikan kembali, serta karena portofolionya didominasi oleh instrumen berjangka panjang dan kredit pajak.

Untuk mendukung keputusannya, Ye mengandalkan informasi dari berbagai media keuangan.

Ia menghabiskan sekitar US$ 1.800 per tahun untuk berlangganan layanan seperti Morningstar, media berita bisnis dari Australia, AS, dan Asia, serta menonton Bloomberg TV secara rutin.

Model valuasi Morningstar membantunya mengidentifikasi saham unggulan yang dinilai murah, yang kini menyumbang sekitar 20% dari portofolionya.

Baca Juga: Lautan Luas (LTLS) Siapkan Capex Rp 200 Miliar, Begini Strategi pada 2025

Jika menggunakan jasa penasihat keuangan, Ye memperkirakan ia perlu membayar antara US$ 7.500 hingga US$ 22.500 per tahun, tergantung pada skema biaya yang dikenakan.

Meskipun begitu, para profesional menekankan bahwa nilai utama dari nasihat keuangan tidak hanya pada strategi investasi, tetapi juga pada perencanaan pajak, asuransi, warisan, dan struktur aset secara menyeluruh, hal-hal yang memberikan ketenangan pikiran dan efisiensi jangka panjang.

Di luar portofolio sahamnya, Ye juga memiliki dana pensiun sekitar US$ 400.000 dan properti investasi, yang saat ini menghasilkan penghasilan kena pajak yang rendah karena struktur utangnya.

Baca Juga: Rugi Membengkak Jadi Rp 156,9 Miliar, Ini Strategi Trikomsel (TRIO) Tahun Ini

Ia mengakui bahwa strategi perpajakan dana pensiun saat ini belum menjadi prioritas utama, mengingat penghasilannya yang lebih rendah dibanding masa lalu.

Namun, seiring bertambahnya usia dan semakin dekatnya akses ke dana pensiun, aspek tersebut akan kembali menjadi bagian penting dari rencana keuangannya.

Dengan pendekatan disiplin dan fokus pada efisiensi biaya, Ye tetap berpegang pada rencana jangka panjangnya.

Ia menyadari bahwa pasar saham tidak selalu naik, namun ia melihat koreksi pasar sebagai peluang untuk membeli aset dengan harga yang lebih murah.

Baca Juga: Intip Portofolio Investasi Properti Jeff Bezos di Berbagai Tempat Strategis

“Saya tidak keberatan jika pasar turun setiap dua tahun. Justru itu bisa menjadi kesempatan yang baik bagi orang seperti saya,” ujarnya.

Selanjutnya: Film Aksi Indonesia Tampil di Pembukaan Festival Film Montreal

Menarik Dibaca: Film Aksi Indonesia Tampil di Pembukaan Festival Film Montreal




TERBARU

[X]
×