Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga emas dan perak melonjak tajam menjelang akhir tahun, didorong ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) serta ketegangan geopolitik global yang belum mereda.
Mengutip Reuters, pada Rabu (24/12/2025), harga emas spot menembus level US$ 4.500 per ons troi dan sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di US$ 4.525,19 per ons troi.
Sementara itu, harga perak melonjak hingga mencetak rekor baru di level US$ 72,70 per ons troi.
Baca Juga: MGMC 2025 di Moskow Jadi Cermin Kesiapan Global MICE, Bagaimana dengan Indonesia?
Analis Mitsubishi menyebut reli harga logam mulia di penghujung tahun ini mencerminkan sikap investor yang memilih bertahan, alih-alih merealisasikan keuntungan di tengah libur akhir tahun.
“Dengan harga logam mulia mencetak rekor di periode yang biasanya sepi, ini menunjukkan investor tidak menjadikan momen liburan sebagai waktu untuk mengambil untung,” tulis analis Mitsubishi.
Faktor Makro dan Geopolitik
Sepanjang 2025, harga emas mencatat sejumlah rekor baru, ditopang oleh pemangkasan suku bunga AS dan pelemahan dolar AS. Sejumlah analis menilai tren penguatan masih berpotensi berlanjut ke tahun depan.
Goldman Sachs, misalnya, memproyeksikan harga emas dapat mencapai US$ 4.900 per ons troi pada Desember 2026.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Tipis Rabu (24/12): Brent ke US$62,42 & WTI ke US$58,41
Indeks dolar AS tercatat telah melemah hampir 10% sepanjang 2025, yang berpotensi menjadi kinerja tahunan terburuk dalam delapan tahun terakhir. Pelemahan dolar ini meningkatkan daya tarik emas sebagai lindung nilai.
“Ekspektasi penurunan suku bunga kembali menguat setelah rilis data inflasi dan tenaga kerja AS terbaru, yang mendorong permintaan terhadap logam mulia,” ujar analis MarketPulse by OANDA, Zain Vawda.
Selain faktor moneter, permintaan aset safe haven juga diperkirakan tetap kuat di tengah ketegangan Timur Tengah, ketidakpastian penyelesaian konflik Rusia-Ukraina, serta langkah Amerika Serikat terhadap kapal tanker minyak Venezuela.
Arus Dana ETF dan Pembelian Bank Sentral
Permintaan emas dari bank sentral tetap tinggi dalam empat tahun terakhir dan diperkirakan berlanjut hingga 2026.
Konsultan Metals Focus memperkirakan bank sentral global akan membeli sekitar 850 ton emas pada 2025, meskipun turun dari 1.089 ton pada 2024.
“Angka ini masih tergolong sangat sehat secara absolut,” ujar Managing Director Metals Focus, Philip Newman.
Baca Juga: Mata Uang Asia Stabil Rabu (24/12) Pagi, Won Korea Selatan Menguat Paling Tajam
Sementara itu, dana yang mengalir ke exchange-traded fund (ETF) emas berbasis fisik diperkirakan menjadi yang terbesar sejak 2020.
Hingga saat ini, arus masuk ETF emas telah mencapai US$ 82 miliar atau setara 749 ton, menurut World Gold Council.
Di sisi lain, permintaan perhiasan melemah akibat harga yang tinggi. Konsumsi perhiasan emas di India tercatat turun 26% secara tahunan menjadi 291 ton pada periode Januari–September 2025. Namun, pelemahan tersebut sebagian tertahan oleh peningkatan investasi ritel dalam bentuk emas batangan dan koin yang naik 13% menjadi 198 ton.
Perak Ungguli Emas
Performa perak sepanjang 2025 bahkan melampaui emas. Harga perak melonjak lebih dari 150% tahun ini, jauh di atas kenaikan emas yang sekitar 70%.
Kenaikan ini ditopang oleh permintaan investasi yang kuat, masuknya perak ke dalam daftar mineral kritis AS, serta aksi beli berbasis momentum.
Baca Juga: Bursa Asia Naik Rabu (24/12), Reli Komoditas Dorong Emas dan Perak ke Level Tertinggi
Analis Standard Chartered, Suki Cooper, mencatat arus masuk produk investasi berbasis perak telah melampaui 4.000 ton.
Meski demikian, sejumlah analis mengingatkan potensi volatilitas ke depan. “Momentum dan fundamental masih mendukung kenaikan lanjutan, tetapi posisi pasar yang sudah jenuh dan likuiditas akhir tahun yang rendah bisa memicu fluktuasi,” tulis analis Mitsubishi.
Secara teknikal, perak dinilai sudah berada di area jenuh beli. Rasio emas terhadap perak kini turun menjadi sekitar 62, dari sebelumnya 105 pada April lalu.
“Ketika euforia pasar mereda, perak kemungkinan akan kembali tertinggal dibanding emas,” kata analis StoneX, Rhona O’Connell.













