Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham global bergerak stabil di dekat level tertinggi sepanjang masa pada Rabu (24/12/2025), menutup tahun yang ditandai dengan reli kuat yang didorong oleh perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Sementara itu, komoditas logam mulia seperti emas dan perak melanjutkan tren bullish, mencetak rekor harga tertinggi baru menjelang berakhirnya tahun 2025.
Di Wall Street, indeks S&P 500 mencatatkan rekor penutupan baru semalam, seiring akhirnya terwujudnya Santa Claus rally yang telah lama dinantikan pelaku pasar.
Sentimen risiko menguat setelah data ekonomi Amerika Serikat menunjukkan pertumbuhan ekonomi kuartal III melaju jauh lebih cepat dari perkiraan. Namun, data tersebut justru menekan pasar obligasi.
Baca Juga: F1 2026: Jadwal Lengkap, Regulasi Baru, Sprint Race, dan Line-up Pembalap
Di Eropa, indeks STOXX 600 bergerak datar pada perdagangan awal, sementara indeks unggulan Inggris FTSE 100 melemah 0,2%. Bursa saham di Amsterdam, Brussel, dan Paris hanya menggelar sesi perdagangan setengah hari, sedangkan pasar di Jerman dan Milan tutup karena libur.
Kontrak berjangka Nasdaq dan S&P 500 juga relatif tidak berubah, mencerminkan likuiditas pasar yang menipis menjelang libur akhir tahun.
Emas dan Perak Cetak Rekor, Kinerja Terbaik Sepanjang Sejarah
Emas dan perak menjadi salah satu penggerak utama pasar pekan ini, di tengah persiapan sejumlah bursa menghadapi jam perdagangan yang lebih pendek.
Harga emas spot tercatat stabil di US$4.489,91 per ons, setelah sebelumnya menyentuh rekor tertinggi US$4.525,86 per ons. Secara tahunan, emas telah menguat sekitar 72% sepanjang 2025.
Sementara itu, harga perak melonjak 1,2% ke level tertinggi sepanjang masa di US$72,27 per ons. Logam mulia ini diperkirakan mencatatkan kenaikan hampir 150% sepanjang tahun, menjadikannya kinerja tahunan terbaik dalam sejarah.
Data terbaru yang dirilis Selasa menunjukkan ekonomi AS tumbuh pada laju tercepat dalam dua tahun terakhir pada kuartal III. Chief Investment Officer Northlight Asset Management, Chris Zaccarelli, menyebut data tersebut sebagai “luar biasa”.
Baca Juga: Dolar AS Tertekan, Menuju Penurunan Tahunan Terbesar Sejak 2017
“Jika ekonomi terus tumbuh pada level ini, maka kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi akan berkurang dan perhatian pasar bisa kembali beralih pada isu stabilitas harga,” tulisnya dalam catatan kepada klien.
Proyeksi Goldman Sachs: Pertumbuhan Global di Atas Konsensus
Sementara itu, ekonom Goldman Sachs memproyeksikan pertumbuhan PDB global sebesar 2,8% pada 2026, lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar di 2,5%. Untuk Amerika Serikat, Goldman memperkirakan pertumbuhan 2,6%, melampaui konsensus 2%.
“Proyeksi ekonomi global 2026 kami menunjukkan pertumbuhan di atas konsensus dan inflasi yang terus menurun tahun depan,” ujar Kepala Ekonom AS Goldman Sachs, David Mericle.
Proyeksi tersebut didukung oleh berkurangnya dampak tarif, potensi pemangkasan pajak tambahan, kondisi keuangan yang lebih longgar, serta dorongan ekonomi dari berakhirnya penutupan pemerintahan.
Saham Asia Menguat, Yen Jadi Sorotan
Di kawasan Asia, pasar saham juga menguat mengikuti reli Wall Street. Indeks saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,4%, dan telah mencatatkan kenaikan 26% sepanjang tahun, menjadi performa terbaik sejak 2017.
Strategis saham AS dari Citi, Scott Chronert, menilai prospek pasar ekuitas masih konstruktif meski reli telah berlangsung lama.
“Saat pasar saham memasuki tahun keempat dari bull market, pandangan dasar kami tetap positif. Namun, perbedaan kinerja antar tema, sektor, dan kapitalisasi pasar akan semakin lebar,” ujarnya.
Baca Juga: Alexander Isak Cedera Parah, Pukulan Berat bagi Liverpool
Di pasar valuta asing, yen Jepang menguat untuk hari ketiga berturut-turut, didorong oleh risiko intervensi otoritas Jepang. Dolar AS melemah 0,3% ke level 155,83 yen, menjauh dari zona 158 yang sebelumnya memicu intervensi.
Euro relatif stabil di US$1,18, setelah menguat sekitar 14% sepanjang tahun ini. Secara keseluruhan, dolar AS tercatat melemah hampir 10% terhadap mata uang utama dunia sepanjang 2025.
Obligasi dan Minyak Dunia
Pasar obligasi AS mencatatkan reli sepanjang tahun seiring kembalinya kebijakan pemangkasan suku bunga The Fed. Imbal hasil US Treasury tenor dua tahun berada di 3,532%, turun 72 basis poin sepanjang tahun, sementara yield tenor 10 tahun berada di 4,1589%, turun 42 basis poin.
Sementara itu, harga minyak dunia bergerak stabil namun diperkirakan mencatatkan penurunan untuk tahun ketiga berturut-turut. Brent crude naik tipis 0,1% ke US$62,45 per barel, meski secara tahunan masih melemah sekitar 16%.













