Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Pasar saham global melemah pada Selasa (2/9/2025) seiring meningkatnya kekhawatiran investor terhadap kondisi fiskal sejumlah negara.
Imbal hasil obligasi jangka panjang di Eropa melonjak ke level tertinggi dalam beberapa tahun, sementara dolar AS menguat dan harga emas sempat menyentuh rekor baru.
Di Amerika Serikat, indeks Dow Jones Industrial Average turun 1,16%, S&P 500 melemah 1,17%, dan Nasdaq Composite merosot 1,2%.
Baca Juga: Obligasi Tetap Aman, Ekonom Nilai Gejolak Demo Lebih Tekan Pasar Saham
Tekanan di pasar kian diperparah setelah pengadilan banding AS menyatakan sebagian besar tarif impor era Presiden Donald Trump ilegal, meski aturan tersebut tetap berlaku hingga 14 Oktober untuk memberi waktu bagi pemerintah mengajukan banding ke Mahkamah Agung.
Kekhawatiran fiskal juga tercermin dari lonjakan imbal hasil obligasi di Eropa. Obligasi pemerintah Inggris bertenor 30 tahun naik hampir 5 basis poin ke 5,68%, tertinggi sejak 1998.
Imbal hasil obligasi Perancis naik ke 4,49%, mendekati level tertinggi sejak 2009, sementara obligasi Jerman mencapai 3,39%, tertinggi sejak 2011.
"Tekanan di pasar obligasi berlanjut dari Agustus ke September," kata Kenneth Broux, Kepala Riset Korporasi FX dan Suku Bunga Societe Generale.
Baca Juga: Imbal Hasil Obligasi AS 10 Tahun Stabil di 4,17% Jelang Pengumuman Data Penting
Ia menambahkan, rencana penerbitan obligasi baru lebih dari 100 miliar euro pada September–Oktober berpotensi memperburuk pelemahan pasar.
Di AS, imbal hasil obligasi 30 tahun naik ke 4,96%, tertinggi sejak Juli, sementara tenor 10 tahun naik ke 4,27%.
Fokus investor kini tertuju pada Inggris dan Perancis. Perdana Menteri Perancis Francois Bayrou terancam kehilangan suara percaya pekan depan akibat penolakan oposisi terhadap rencana pemotongan belanja pemerintah.
Di Inggris, Menteri Keuangan Rachel Reeves diperkirakan akan menaikkan pajak dalam anggaran musim gugur untuk memenuhi target fiskal.
Hal ini menekan nilai sterling yang jatuh 1,17% terhadap dolar AS ke posisi US$ 1,338, terlemah dalam hampir sebulan terhadap euro.
Baca Juga: Kurva Imbal Hasil Obligasi AS Menanjak, Usai Trump Pecat Gubernur The Fed Lisa Cook
Gejolak mata uang juga terjadi di Asia. Yen Jepang melemah ke 148,4 per dolar AS setelah seorang pejabat senior Partai Demokrat Liberal menyatakan mundur, ditambah komentar longgar dari pejabat Bank of Japan. Euro turut terkoreksi 0,55% ke US$ 1,164.
Sementara itu, perhatian pasar AS pekan ini tertuju pada rangkaian data ekonomi, termasuk aktivitas bisnis, lowongan kerja, hingga laporan ketenagakerjaan nonfarm payrolls pada Jumat.
Data tersebut akan menjadi acuan bagi Federal Reserve dalam menentukan arah kebijakan suku bunga. Saat ini, pasar memperkirakan peluang sebesar 89% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin bulan ini.
Baca Juga: Pasar Saham Global Terguncang Tarif Trump! Malapetaka Ekonomi Global Menghantui
Ketidakpastian global mendorong investor masuk ke aset lindung nilai. Harga emas sempat menyentuh rekor US\$3.508,5 per ons troi pada Selasa pagi sebelum terkoreksi di sesi Eropa, sementara perak naik ke level tertinggi dalam 14 tahun.
Di pasar energi, harga minyak mentah Brent naik tipis 0,25% menjadi US$ 68,31 per barel, didorong ekspektasi pertemuan OPEC+ pada Minggu serta meningkatnya risiko gangguan pasokan akibat konflik Rusia–Ukraina.