Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank besar di Amerika Serikat menurunkan suku bunga acuan pinjaman (prime lending rate) pada Rabu (17/9) setelah Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga untuk pertama kalinya tahun ini.
The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin dari 7,50% menjadi 7,25%. Keputusan ini diikuti oleh bank-bank utama seperti JPMorgan Chase, Citigroup, Wells Fargo, dan Bank of America, yang segera menurunkan prime rate mereka ke level yang sama.
Prime rate sendiri merupakan bunga pinjaman yang diberikan bank kepada debitur paling berkualitas, umumnya perusahaan besar. Tingkat ini menjadi acuan bagi berbagai jenis pinjaman, mulai dari kredit usaha kecil, pinjaman pribadi, hipotek, hingga kartu kredit.
Baca Juga: Bank Sentral Hong Kong Pangkas Suku Bunga 25 Basis Poin Ikuti Langkah The Fed
Inflasi Masih Tinggi, Pertumbuhan Ekonomi Melemah
Meski inflasi di AS masih berada di atas target 2%, keputusan pemangkasan suku bunga menunjukkan bahwa The Fed kini lebih fokus pada risiko melemahnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya pengangguran.
Richard Flynn, Managing Director Charles Schwab UK, menyatakan bahwa pasar tenaga kerja menunjukkan tanda pelemahan lebih besar dari perkiraan, dengan klaim pengangguran mencapai level tertinggi dalam hampir empat tahun.
Kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump, termasuk tarif impor yang dampaknya belum pasti, turut menambah ketidakpastian makroekonomi. Hal ini membuat banyak perusahaan menunda perekrutan karyawan sehingga pertumbuhan lapangan kerja menjadi sangat terbatas.
Dampak Bagi Konsumen dan Pelaku Usaha
Pemangkasan suku bunga ini memberikan keringanan biaya pinjaman bagi konsumen Amerika Serikat. Dengan bunga yang lebih rendah, peluang persetujuan kredit akan meningkat, terutama bagi usaha kecil yang sebelumnya terhambat oleh standar pinjaman ketat.
Baca Juga: Pernyataan FOMC The Fed (17 September 2025)
Selain itu, biaya kredit yang lebih murah dapat mendorong perusahaan kembali berekspansi dan merekrut karyawan, yang pada akhirnya mendukung konsumsi rumah tangga. Dari sisi perbankan, kondisi ini juga dapat meningkatkan volume aset berbunga, memperbesar peluang keuntungan.
Risiko Masih Membayangi
Meski demikian, risiko ekonomi global masih menjadi perhatian utama. CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, memperingatkan bahwa dampak penuh dari tarif impor, kebijakan imigrasi, dinamika geopolitik, serta paket pajak dan belanja pemerintahan Trump belum bisa dipastikan.
Senada, CEO Goldman Sachs David Solomon menegaskan bahwa tarif impor jelas berpengaruh terhadap pertumbuhan, meski sulit untuk dihitung secara presisi.