kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Bank Dunia berharap China bisa menyumbang lebih banyak untuk negara miskin


Jumat, 15 Oktober 2021 / 11:33 WIB
Bank Dunia berharap China bisa menyumbang lebih banyak untuk negara miskin
ILUSTRASI. Uang yuan China.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dengan kekayaan yang dimilikinya, Bank Dunia berharap China bisa menyumbang lebih banyak ke negara berpenghasilan rendah melalui Dana Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA).

Melansir Reuters, Presiden Bank Dunia David Malpass menyampaikan harapannya tersebut kepada Komite Bretton Woods, sebuah kelompok pendukung yang berbasis di AS, pada hari Kamis (14/10). Malpass mengatakan bahwa Bank Dunia saat ini berusaha mengumpulkan sekitar US$100 miliar untuk IDA.

Bukan hanya China, Malpass juga berupaya menjangkau Rusia, Turki, Inggris, dan negara-negara donor lainnya demi mencapai target tersebut.

Pada hari Senin (11/10), Malpass mengumumkan target US$100 miliar yang sebelumnya ditetapkan oleh para pemimpin Afrika. Ia menekankan bahwa dana tersebut diperlukan untuk mengatasi perubahan dalam pembangunan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan global sebesar 5,7% pada tahun 2021 dan 4,4% pada tahun 2022. Meskipun demikian, kesenjangan ekonomi antara negara maju dan berkembang diprediksi akan semakin memburuk dan  menghambat upaya untuk mengurangi kemiskinan ekstrem selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Bank Dunia: Utang negara-negara miskin catat rekor US$ 860 miliar di tahun 2020

Malpass mengakui bahwa ekonomi China telah tumbuh sangat pesat dan dengan alasan itu, ia merasa kini China mampu memberikan donasi yang lebih besar ke IDA. Malpass juga menyoroti Jepang yang disebut telah berkomitmen untuk memberikan kontribusi yang lebih besar.

Presiden Bank Dunia juga mengatakan bahwa saat ini Bank Dunia sedang mencari pengecualian kongres AS yang akan memungkinkan IDA untuk menawarkan sekuritas di pasar modal AS dengan harga yang lebih kompetitif.

"Bank Pembangunan Asia, Bank Pembangunan Inter-Amerika dan lembaga-lembaga lain sudah memiliki pengecualian tersebut, tetapi IDA tidak," ungkap Malpass.

Whitney Debevoise dari firma hukum Arnold & Porter, juga mantan direktur eksekutif AS di Bank Dunia, mengatakan bahwa pengecualian tersebut dapat menghemat ratusan juta dolar dana IDA.

Selanjutnya: Rupiah diprediksi jadi yang terkuat di Asia selama sisa tahun 2021



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×