kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Bank Dunia : Ekonomi dalam bahaya


Kamis, 15 September 2011 / 13:12 WIB
Bank Dunia : Ekonomi dalam bahaya
ILUSTRASI. Perahu nelayan mencari ikan di sekitar platform pengeboran minyak (rig) Blok Offshore North West Java (ONWJ). KONTAN/Barly Haliem


Sumber: Reuters | Editor: Test Test

WASHINGTON. Bank Dunia melihat ekonomi dunia memasuki zona bahaya baru akibat krisis utang Eropa dan ancaman resesi. Karena itu, Presiden Bank Dunia Robert Zoellick mengatakan Eropa, Jepang, dan AS harus membuat keputusan sulit untuk menghindari penurunan ekonomi global.

“Eropa, Jepang dan AS tak hanya bertanggung jawab mencegah penurunan ekonomi mereka sendiri, tapi juga ekonomi global,” kata Zoellick, saat berpidato di George Washington University, Kamis waktu setempat (14/9).

“Mereka terlalu lama menunda untuk mengambil keputusan sulit, sehingga pilihan yang tersisa tinggal sedikit dan menyakitkan," imbuh Zoellick, sebelum pertemuan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) pekan depan.

Secara terang-terangan, dalam pidatonya Zoellick menyoroti kekhawatiran yang meningkat di antara pengambil kebijakan global terhadap perluasan krisis utang di Eropa. Kondisi ini ikut membayangi kekhawatiran investor tentang keuangan publik dan reformasi di AS dan Jepang.

Zoellick menambahkan, seperti negara-negara yang meminta China ikut bertanggung jawab terhadap ekonomi global sebagai negara yang ekonominya meningkat, mereka juga harus bertanggung jawab dan menghadapi masalah ekonomi mereka sendiri.

Pertemuan pemimpin di bidang keuangan dan pembangunan di Washington pekan depan akan fokus pada masalah utang Eropa dan risiko gagal bayar Yunani, yang meningkatkan peringatan bahaya di pasar keuangan.

Sinyal perbedaan pendapat di kalangan pemimpin Eropa telah meningkatkan kekhawatiran 17 negara anggota Zona Euro, bahwa para pemimpin kemungkinan tidak bisa membuat pendekatan bersama dalam mengatasi krisis.

Zoellick mengatakan negara-negara Eropa menolak kenyataan pahit tentang perlunya tanggung jawab bersama, Jepang menjauh dari reformasi ekonomi dan sosial yang dibutuhkan, dan perbedaan pendapat di AS yang membayangi usaha untuk mengurangi defisit anggaran.

"Waktu untuk kekacauan sudah berakhir. Jika kita tidak maju dari kondisi tersebut, jika kita tidak bisa beradaptasi untuk berubah, jika kita tidak naik di atas taktik politik jangka pendek atau mengakui bahwa kekuasaan mendatangkan bertanggung jawab, maka kita akan hanyut dalam arus berbahaya,” tutur Zoellick.

Menurutnya, krisis Eropa telah mencapai titik di mana para pemimpin politik harus memutuskan masa depan Zona Euro bukan menangani masalah sehari-hari. Namun, dia yakin Zona Euro bisa bertahan dari hantaman krisis.

Meski begitu, dia menambahkan, “Untuk menjaga Zona Euro bersama dengan semua anggota, Anda memerlukan serikat fiskal yang jauh lebih kuat dari yang ada sekarang dan seseorang harus membayar untuk itu. Jika Anda tidak bersedia memiliki fiskal bersama, maka saya pikir Anda tidak dapat mempertahankan Zona Euro," terang Zoellick kepada CNBC dalam sebuah wawancara.

Sedangkan untuk AS, ia menyarankan perlambatan laju pengeluaran jaminan sosial dan Medicare, dan ia setuju atas perluasan reformasi pajak untuk meningkatkan pertumbuhan.





Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×