Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - LONDON. Ketenaran aset kripto beberapa tahun belakang menyisakan pekerjaan rumah untuk membuat sebuah regulasi dalam memayungi industri ini. Perlu disadari, banyak korban yang kehilangan uang dari aset ini.
Terbaru, Komisi Perdagangan Federal (FTC) dalam laporannya menyebut lebih dari 46.000 orang telah melaporkan kehilangan lebih dari US$ 1 miliar kripto sejak awal 2021 karena penipuan. Angka laporan ini lebih banyak daripada metode pembayaran lainnya.
Kerugian yang dilaporkan pada tahun 2021 tersebut hampir 60 kali lipat dari tahun 2018. Penyebabnya, tidak ada bank atau otoritas terpusat lainnya untuk menandai transaksi mencurigakan aset ini dan berupaya menghentikan penipuan sebelum terjadi.
“Dan kebanyakan orang masih asing dengan cara kerja kripto,” tulis FTC dalam laporan.
Baca Juga: Babak Belur Sepanjang 2022, Aset Kripto Diproyeksi Masih Punya Prospek Cerah
Ini hanya menjadi salah satu kerugian yang disebabkan oleh aset kripto. Masih ada juga investor kripto yang mengalami kerugian dari naik turunnya harga aset tersebut beberapa waktu ke belakang.
Oleh karena itu, kebutuhan otoritas maupun regulasi yang mengatur industri ini pun perlu cepat untuk mengimbangi pasar. Pasalnya, total aset kripto yang awalnya hanya sekitar US$ 14 miliar dalam lima tahun terakhir berkembang biak menjadi US$ 3 triliun, menurut Reuters.
Sinyal kebutuhan tersebut telah ditangkap oleh Anggota Dewan Gubernur Federal Reserve Christopher Waller yang akhir pekan lalu menyebutkan bahwa regulasi yang tidak hanya mencegah orang kaya kehilangan uang tetapi demi masyarakat banyak.
"Masalah utama dalam regulasi aset kripto bukanlah bagaimana melindungi investor kripto yang canggih, tetapi ini untuk mencari cara bagaimana melindungi kita semua," kata Waller dikutip dari Reuters, Minggu (5/6).
Baca Juga: Aset Berisiko Dihindari, Harga dan Market Cap Kripto Anjlok Sepanjang 2022
Survei The Fed baru-baru ini menunjukkan sekitar 12% orang dewasa AS menggunakan atau memegang cryptocurrency pada tahun lalu, sebagian besar untuk tujuan investasi. Survei lain menunjukkan jumlah pengguna kripto bahkan lebih tinggi.
Pada Maret lalu, Presiden AS Joe Biden mengarahkan Departemen Keuangan dan lembaga lainnya untuk mulai mencari cara terbaik untuk mengatur industri. Bahkan ketika bank sentral di seluruh dunia melihat kemungkinan menciptakan mata uang digital yang didukung bank sentral.
Sebelumnya Ashley Alder, ketua Organisasi Internasional Komisi Sekuritas (IOSCO) mengatakan ledakan mata uang digital seperti bitcoin adalah salah satu dari tiga area utama yang menjadi fokus otoritas, di samping Covid-19 dan perubahan iklim. Organisasi regulator pasar global ini kemungkinan akan meluncurkan badan bersama pada tahun depan untuk mengoordinasikan aturan aset kripto dengan lebih baik.
Baca Juga: Penipuan Uang Kripto di AS Makan Korban, Kerugian Capai US$ 1 Miliar Sejak 2021
Alder mengatakan kelompok global yang mencoba menyelaraskan aturan kripto jelas diperlukan, menyamakannya dengan berbagai pengaturan yang sudah ada untuk pembiayaan iklim, termasuk satu di bawah kelompok ekonomi terkemuka G20.
"Saya pikir sekarang ini dilihat sebagai salah satu dari tiga C (Covid-19, Climate, dan Crypto) jadi itu sangat, sangat penting. Itu sudah menjadi agenda, jadi saya tidak berharap itu menjadi kasus yang sama tahun depan,” pungkas dia.