kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bayi kembar hasil rekayasa genetika yang resisten HIV dilahirkan


Selasa, 27 November 2018 / 07:39 WIB
Bayi kembar hasil rekayasa genetika yang resisten HIV dilahirkan
ILUSTRASI. Properti kota Beijing China


Sumber: DW.com | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - DW. Seorang ilmuwan Cina menyatakan telah berhasil menciptakan bayi pertama di dunia yang gennya dimanipulasi. Prosedur medis kontroversial ini bisa jadi ancaman bagi landasan bioetika.

He Jiankui, seorang profesor pada universitas Southern University of Science and Technology (SUST) di Shenzhen mengatakan, DNA dua bayi kembar yang diberi nama "Lulu" dan "Nana" diubah melalui metode yang disebut CRISPR.

Gen kedua bayi itu melewati "pengeditan" yang mencegah embrio terjangkit HIV, demikian keterangan He Jiankui. Ia menambahkan, ayah kedua bayi kembar itu mengidap HIV.

Ilmuwan itu menerangkan, orang tua kedua bayi tidak berniat memiliki designer baby, atau bayi yang gennya dimanipulasi agar nantinya menjadi anak-anak yang sesuai dengan keinginan orang tua. "Orang tua mereka hanya ingin bayi yang tidak akan menderita penyakit yang bisa dicegah," demikian dikatakan He lewat video yang dipublikasikan lewat YouTube. "Saya mengerti, pekerjaan saya kontroversial. Tetapi saya percaya, ada keluarga yang memerlukan teknologi ini, dan saya bersedia menanggung kritik untuk itu."

"Pelanggaran serius"

Tak berapa lama setelah He Jiankui mempublikasikan video itu, universitas SUST mengeluarkan pernyataan akan segera memulai investigasi, sambil menyebut prosedur itu "pelanggaran serius terhadap etika dan standar akademik." SUST juga menambahkan, He Jiankui sekarang berada dalam masa cuti tanpa gaji sejak Februari lalu.

Pakar biokimia AS Jennifer Doudna, yang menciptakan metode CRISPR mengatakan, jika terbukti, langkah He melanggar cara pendekatan transparan yang disetujui komunitas sains dan melanggar prosedur penggunaannya.

Langkah revolusioner?

Video yang dipublikasikannya menyulut debat sengit soal pengeditan gen. Di AS, prosedur kedokteran itu dibatasi ketat hanya untuk penelitian di laboratorium. Di Cina, pembuatan klon manusia dilarang, tetapi pengeditan gen tidak dilarang.

Majalah Technology Review dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) memperingatkan, "Teknologi ini sangat bermasalah dari segi etika, karena perubahan pada embrio akan diwariskan ke generasi berikutnya dan kemungkinan akan berefek pada seluruh gene pool (atau lungkang gen)."

Nicholas Evans, seorang profesor bidang filsawat di University of Massachusetts Lowell mengatakan, keputusan He Jiankui untuk mengumumkan pekerjaannya yang jadi terobosan itu, "adalah bentuk praktek ilmuwan yang sangat bermasalah," yang melanggar norma-norma masyarakat.

Evans menambahkan, rekayasa genetika pada embrio sudah beberapa kali dibicarakan. "Yang lebih revolusioner adalah anak-anak ini katanya dibuat untuk menghasilkan resistensi terhadap sebuah penyakit. Itu langkah yang mengandung banyak bahaya."

Benar atau salah?

Pengumuman He Jiankui muncul menjelang konferensi besar tentang pengeditan gen di Hong Kong. David Baltimore, pakar biologi yang memimpin konferensi internasional itu mengungkap, konferensi bertujuan untuk memutuskan "apa yang kita anggap benar dan salah."

"Kita belum pernah melakukan sesuatu yang akan mengubah seluruh gen umat manusia, dan kita belum pernah melakukan sesuatu yang berdampak terus ke generasi-generasi berikutnya," demikian kata Baltimore lewat video, sebelum konferensi dimulai.




TERBARU

[X]
×