Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (Menhan AS) Mark Esper dengan tegas menyatakan, militer AS tidak akan melanggar hukum dalam konflik bersenjata dengan menyerang situs budaya Iran.
Saat ditanya, apakah ia ingin menargetkan situs budaya, Esper mengatakan kepada wartawan termasuk Reuters di Pentagon, Senin (6/1): "Kami akan mengikuti hukum dalam konflik bersenjata".
Saat wartawan mencecar, apakah itu berarti dia tidak akan menargetkan situs-situs budaya lantaran akan menjadi kejahatan perang, Esper menyebutkan, "Itulah hukum konflik bersenjata". Tapi, dia tidak menguraikan lebih lanjut.
Baca Juga: Beredar surat yang menyebut pasukan AS keluar dari Irak, ini jawaban Washington
Pernyataan Esper ini bertolak belakang dengan Presiden Donald Trump yang mengancam akan menyerang 52 situs budaya Iran jika negeri Mullah melakukan serangan ke AS sebagai aksi pembalasan.
Menargetkan situs budaya dalam aksi militer merupakan kejahatan perang berdasarkan hukum internasional, termasuk resolusi Dewan Keamanan PBB yang didukung Pemerintahan Donald Trump pada 2017 dan Konvensi Den Haag 1954 untuk Perlindungan Warisan Budaya.
Serangan pesawat tak berawak AS pada Jumat (3/1) pekan lalu yang menewaskan komandan militer Iran Qassem Soleimani secara signifikan meningkatkan ketegangan dengan Iran. Washington beralasan, pembunuhan Soleimani untuk membela diri, yang bertujuan untuk mencegah rencananya menyerang personel dan kepentingan AS.
Baca Juga: Iran kibarkan bendera merah sejak Jumat, ini artinya
Di tengah ancaman pembalasan Iran atas pembunuhan Soleimani, Trump menyatakan, Amerika Serikat telah menargetkan 52 situs Iran. "Beberapa pada tingkat yang sangat tinggi dan penting bagi Iran juga budaya Iran jika Iran menyerang aset Amerika atau Amerika sebagai pembalasan," kata Trump seperti dikutip Reuters.
"Mereka diizinkan menggunakan bom pinggir jalan dan meledakkan orang-orang kami, dan kami tidak diizinkan menyentuh situs budaya mereka? Tidak seperti itu mekanismenya," kata Trump kepada wartawan.