kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.194   6,00   0,04%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Bekerja serabutan di pasar untuk membantu keluarga (2)


Rabu, 26 September 2018 / 15:49 WIB
Bekerja serabutan di pasar untuk membantu keluarga (2)
ILUSTRASI. FENOMENA - Choo Chong Ngen


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tri Adi

Masa kecil Choo Chong Ngen penuh dengan kerja keras. Ia terpaksa putus sekolah pada usia 14 tahun karena harus membantu mencari uang untuk membiayai kehidupan keluarga. Ayahnya hanya seorang tukang kayu dan sang bunda seorang ibu rumah tangga. Berbagai pekerjaan Choo kecil jalankan di pasar, mulai berjualan ikan, hingga bekerja di pabrik tekstil milik tetangganya. Upah yang rendah membuat Choo berniat menjalankan usaha sendiri.

Kesuksesan Choo Chong Ngen menjadi pengusaha perhotelan di Singapura yang sukses harus melewati proses dari nol terlebih dahulu. Ia awalnya pedagang eceran yang mencoba peruntungan dengan berdagang guna mengumpulkan dollar Singapura sedikit demi sedikit. Bertahun-tahun ia menjadi pedagang di lingkungannya dengan mencoba menjual beberapa jenis barang berbeda.

Ia bukan lulusan perguruan tinggi bergengsi. Bahkan ia putus sekolah pada usia 14 tahun. Tapi ia bisa memanfaatkan pengalaman, bermodalkan tekad, lihai melihat peluang, dan bekerja keras menjadi modal merajai industri perhotelan.

Choo mengasah ketajaman bisnisnya sejak usia muda. Ia tumbuh dengan enam saudara kandung di sebuah rumah kampung di timur laut Singapura. Ayahnya seorang tukang kayu dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Guna membantu memenuhi kebutuhan, ia menjual es krim di lingkungannya ketika dia berumur 10 tahun.

Pada usia 14 tahun, ia putus sekolah dan menjadi penjual ikan. Choo tidak punya pilihan lain, sebab dia harus membantu orangtuanya menghidupi keluarga. Hingga kini pria berusia 65 tahun ini memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang tidak terlalu baik, mengingat ia putus sekolah pada usia 14 tahun.

Setiap pagi, dia pergi ke pelabuhan perikanan Kangkar yang terletak di dekat mulut Sungai Serangoon Singapura. Hasil tangkapan Ia masukkan ke dalam sebuah keranjang lalu dibawa dan dijual di pasar terdekat. Meski bisnis ini berjalan lancar, Ia berhenti lantaran melihat bisnis yang lebih menjanjikan.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×