Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tri Adi
Bangkit dari kesulitan, bisnis properti Jitendra Virwani lewat bendera Embassy Development Group kembali berkibar. Bahkan Jitendra berambisi menggeber ekspansi. Opsi pendanaan dari pasar modal menjadi rencananya. Namun karena pasar modal India jatuh, Jitendra pun urung membawa Embassy melantai ke bursa saham. Untungnya, ada investor yang ingin masuk ke Embassy yakni Blackstone. Kongsi ini melapangkan jalan Embassy melakukan ekspansi bahkan sampai luar negeri.
Miliarder India, Jitendra Virwani, berhasil melewati masa sulit di tengah perlambatan pasar properti India pada periode 1990-an. Dengan beralih menyasar segmen korporat perlahan Embassy Development Group kembali bangkit. Sejumlah tenant dari perusahaan multinasional ternama berhasil digaet seperti Goldman Sachs, Yahoo, Fidelity, Microsoft sampai Google.
Membaiknya bisnis, membuat Jitendra makin ambisius. Lebih banyak proyek lagi yang ingin ia kembangkan. Ia pun butuh lebih banyak uang untuk mendanai ekspansi.
Pada tahun 2010, ia berpikir serius untuk mendapatkan uang lewat menjual saham (IPO) ke pasar modal. Rencananya, Embassy akan dijadikan perusahaan terbuka pada 2011.
Namun sebelum benar-benar merealisasikan rencana tersebut, pasar modal India jatuh. Sejumlah pengembang yang sudah terlebih dulu melantai di bursa saham pun merugi. Awalnya ia hanya berencana menunda rencana IPO. Namun karena pasar yang tak kunjung membaik, akhirnya rencana tersebut urung dieksekusi.
Beruntung, ia menemukan jalan lain. Blackstone datang sebagai investor dan siap mendorong bisnis real estate komersial Embassy. Separuh saham Embassy, Jitendra lepas ke Blackstone.
Kedatangan investor ini membuat Jitendra bisa mewujudkan rencana ekspansinya. Sejumlah proyek berhasil ia kembangkan. Salah satunya adalah mengembangkan bisnisnya sampai ke kawasan Eropa.
Tahun 2012, Embassy membangun kawasan bisnis khusus untuk industri teknologi informasi di Serbia. Proyek bernama TechZones IT & Business Park ini berdiri di Indjija, tak jauh dari Belgrade yang merupakan salah satu tujuan investasi utama di negara tersebut. Di tahap awal, kawasan bisnis yang ia bangun berdiri di lahan seluas 25.000 meter persegi yang mencakup empat gedung perkantoran. Seiring berjalannya waktu, luas kawasan industri tersebut makin besar. Dan ke depan direncanakan secara total akan mencapai 250.000 meter persegi.
Dalam berekspansi, Embassy memang sering menggandeng pihak lain sebagai mitra. Misal, untuk proyek hotel pertamanya yang diresmikan pada 2014 lalu. Jitendra bekerja sama dengan jaringan hotel raksasa Hilton. Dengan 247 kamar dan suite, hotel ini menjadi yang terbesar di Bangalore.
Selain dengan Hilton, di bisnis ini pun Jitendra menggandeng raksasa lain yakni Four Season. Proyek bernama Embassy ONE ini dilengkapi sejumlah fasilitas seperti pusat perbelanjaan sampai area perkantoran.
Dalam beberapa waktu ke depan, Embassy akan kembali lebih banyak menggarap proyek-proyek untuk kebutuhan bisnis. Misal, menjalin kesepakatan dengan Warburg Pincus, untuk membentuk perusahaan patungan dalam proyek Embassy Industrial Park. Proyek ini diperkirakan akan menyerap investasi sampai dengan US$ 250 juta.
Di pengujung 2015, Jitendra pun menjalin kerjasama dengan Cornerstone Grup untuk mendirikan kawasan bisnis dekat Whitefield di Bangalore seluas 100 acre. Proyek bernama Embassy Cornerstone Business Park ini akan melengkapi jajaran kawasan industri yang sudah lebih dulu didirikan di Bangalore.
Bahkan di awal tahun ini, Embassy sudah menjalin perjanjian kerjasama baru dengan pemerintah negara bagian Haryana India. Embassy akan membangun kawasan tiga kawasan industri di Haryana dengan nilai investasi
Rs 1.910 crore.
Andai berhasil, sejumlah proyek besar tersebut bakal semakin menggemukkan kekayaan pribadi Jitendra di masa depan.
(Selesai)