kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berkontribusi minim, Amerika Serikat bakal kejar pajak dari 25 orang paling tajir


Senin, 14 Juni 2021 / 14:51 WIB
Berkontribusi minim, Amerika Serikat bakal kejar pajak dari 25 orang paling tajir
ILUSTRASI. Anggota Patriotic Millionaires mengadakan protes hari pengisian pajak federal di luar apartemen pendiri Amazon Jeff Bezos. REUTERS/Brendan McDermid


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Otoritas Pajak Amerika Serikat bakal mengejar pajak dari para miliarder. Analisis dari organisasi berita ProPublica mengolah data pajak Internal Revenue Service menunjukkan 25 orang terkaya asal AS termasuk Jeff Bezos, Michael Bloomberg dan Elon Musk membayar pajak pendapatan federal yang relatif sedikit bahkan tidak sama sekali pada 2014 hingga 2018. 

Tabulasi oleh Forbes menunjukkan eksekutif terkaya dari negara itu hanya membayar pajak penghasilan senilai US$ 13,6 miliar. Padahal kekayaan bersih kolektif mereka meningkat sebesar US$ 401 miliar Mengutip The New York Times pada Senin (14/6).

Dokumen-dokumen tersebut mengungkapkan ketidakadilan yang mencolok dalam sistem perpajakan Amerika. Para orang tajir itu bisa mengambil manfaat dari jaringan celah yang kompleks dalam peraturan pajak. Juga ada fakta bahwa Amerika Serikat menempatkan penekanannya pada pajak pendapatan tenaga kerja versus aset kekayaan.

Sebagian besar kekayaan yang diperoleh orang kaya seperti saham di perusahaan yang mereka jalankan, rumah liburan, kapal pesiar, dan investasi lainnya tidak dianggap sebagai objek penghasilan kena pajak. Kecuali aset tersebut dijual dan keuntungannya direalisasikan. Meski begitu, ada celah dalam peraturan pajak yang dapat membatasi atau menghapus semua kewajiban pajak.

Baca Juga: Washington Prime dikabarkan akan mengajukan kebangkrutan

“Otoritas federal sedang menyelidiki pengungkapan informasi pajak swasta, yang merupakan pelanggaran pidana. Setiap pengungkapan informasi rahasia yang tidak sah oleh orang yang memiliki akses adalah ilegal. Kami menganggap ini sangat serius,” kata sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki dalam sebuah pengarahan.

Langkah mengejar pajak orang super tajir ini mencuat ketika Presiden Biden mencoba merombak peraturan perpajakan agar  perusahaan dan orang kaya membayar pajak lebih banyak. Biden telah mengusulkan untuk menaikkan tarif pajak penghasilan marjinal teratas menjadi 39,6% dari 37%, yang akan membalikkan pengurangan yang dibawa oleh pemotongan pajak mantan Presiden Donald J. Trump pada 2017.

Dokumen dan kesimpulan analisis dapat memperbarui seruan bagi Biden untuk mempertimbangkan pajak kekayaan. Mengingat tarif pajak marjinal yang lebih tinggi tidak akan banyak membantu menaikkan tagihan pajak 25 orang Amerika terkaya. Dari 2014 hingga 2018, 25 orang Amerika terkaya membayar rata-rata 15,8%, atau  US$13,6 miliar, dalam pajak pendapatan federal pribadi.

Chuck Marr, direktur senior kebijakan pajak federal di Pusat Anggaran dan Prioritas Kebijakan, mengatakan data pajak swasta menyoroti pendekatan yang relatif sederhana yang diusulkan Biden. Namun perlu mempertimbangkan sejauh mana aturan baru ini memukur para tenaga kerja.

Anggota parlemen seperti Senator Elizabeth Warren, Demokrat dari Massachusetts, telah memperjuangkan gagasan untuk menempatkan pajak 2% atas kekayaan bersih individu di atas US $50 juta. Nilai itu termasuk kepemilikan saham, rumah, kapal, dan apa pun yang dimiliki seseorang, setelah dikurangi dengan utang apa pun.

Warren menyebut pengungkapan pajak sangat mengejutkan dan mengatakan itu memperkuat fakta bahwa anggota parlemen harus memikirkan kekayaan daripada pendapatan ketika menulis kebijakan pajak.

“Meningkatkan tarif pajak penghasilan pribadi sebesar 2% atau 10% tidak akan membuat perbedaan nyata bagi para miliarder ini. Tindakan nyata di Amerika adalah pada kekayaan, bukan pendapatan,” jelas Warren. 

Meskipun dia memuji beberapa proposal Biden seperti meningkatkan pajak atas keuntungan modal dan menargetkan keuntungan perusahaan. Warren mengatakan bahwa dia ingin Gedung Putih lebih ambisius untuk mengejar pajak kekyaan.

Selanjutnya: Amerika imbau warganya tidak datang ke Indonesia karena 3 alasan ini




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×