Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Gedung Putih mengumumkan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping berencana membahas penguatan komunikasi dan pengelolaan persaingan dalam KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) pekan ini.
Pertemuan tatap muka di San Francisco Bay Area pada hari Rabu akan menjadi pertemuan pertama antara keduanya dalam satu tahun, dengan tujuan diplomasi yang tinggi untuk meredam ketegangan antara dua negara adidaya ini.
Menurut Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, Biden meyakini bahwa tidak ada pengganti diplomasi tatap muka untuk mengelola hubungan yang kompleks ini.
Baca Juga: Xi Jinping: Perempuan China Harus Bentuk Tren Baru dalam Keluarga
“Kami mengantisipasi bahwa para pemimpin akan membahas beberapa elemen paling mendasar dalam hubungan bilateral AS - RRC, termasuk pentingnya memperkuat jalur komunikasi terbuka dan mengelola persaingan secara bertanggung jawab sehingga tidak mengarah pada konflik,” ujar Sullivan.
Ia menekankan pentingnya diplomasi intens untuk menjernihkan kesalahan persepsi dan menghindari kejutan.
Lebih lanjut, Sullivan menyatakan bahwa Biden akan menghadiri KTT dengan pijakan yang kokoh setelah memposisikan Amerika Serikat untuk bersaing secara efektif di dalam dan luar negeri.
Washington sedang mencari hasil spesifik dari pertemuan ini, termasuk kemajuan dalam membangun kembali hubungan militer-ke-militer dengan Tiongkok dan memerangi perdagangan fentanil yang menjadi masalah di Amerika Serikat.
Baca Juga: Tunggu Komentar The Fed, Mayoritas Bursa Asia Melemah pada Rabu (8/11)
Dalam konteks ini, Sullivan menyoroti pentingnya komunikasi militer-ke-militer untuk mencegah persaingan berubah menjadi konflik. China, dalam dialog sebelum pertemuan, telah bersikap "konstruktif" terkait isu ini. Sullivan menyatakan bahwa hasil pertemuan di San Francisco akan menjadi penentu apakah ada kemajuan dalam memulihkan hubungan militer-ke-militer.
Biden dan Xi, yang telah saling kenal selama lebih dari satu dekade, hanya bertemu sekali secara langsung sejak pelantikan Biden pada tahun 2021. Kehadiran mereka di meja perundingan diperkirakan akan terjadi dalam suasana saling curiga, dengan ketidakpastian tentang tujuan masing-masing pihak.
Pertemuan ini juga diharapkan membahas isu-isu global, termasuk perang Israel-Hamas, invasi Rusia ke Ukraina, hubungan Korea Utara dengan Rusia, Taiwan, hak asasi manusia, kecerdasan buatan, serta hubungan perdagangan dan ekonomi yang "adil," menurut pejabat senior pemerintahan Biden.
Sullivan menegaskan bahwa Biden akan memprioritaskan stabilitas di Timur Tengah, dan mengajak Beijing untuk berpartisipasi dalam upaya deeskalasi di wilayah tersebut. Biden juga akan menyatakan bahwa tindakan Iran yang "meningkatkan dan mendestabilisasi" bukanlah kepentingan Tiongkok.
Baca Juga: Xi Jinping Bersedia Bekerja Sama dengan AS Meski Banyak Perbedaan
"RRT, tentu saja, mempunyai hubungan dengan Iran, dan jika mereka mau, mereka mampu menyampaikan poin-poin tersebut secara langsung kepada pemerintah Iran," ucapnya.
Para pemimpin APEC akan berkumpul di San Francisco mulai Rabu hingga Jumat. Namun, perbedaan pendapat terkait perang di Timur Tengah dan Ukraina membuat sulitnya mencapai pernyataan konsensus dari para pemimpin.
Matt Murray, pejabat senior AS untuk APEC, menyatakan bahwa Amerika Serikat sedang bekerja keras untuk mencapai kesepakatan konsensus yang kuat.
Sullivan menambahkan bahwa di APEC, Biden akan menyampaikan visi ekonominya untuk kawasan ini dan berbicara tentang "bagaimana Amerika Serikat adalah pendorong utama pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Asia Pasifik."