Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Biden dan Xi, yang telah saling kenal selama lebih dari satu dekade, hanya bertemu sekali secara langsung sejak pelantikan Biden pada tahun 2021. Kehadiran mereka di meja perundingan diperkirakan akan terjadi dalam suasana saling curiga, dengan ketidakpastian tentang tujuan masing-masing pihak.
Pertemuan ini juga diharapkan membahas isu-isu global, termasuk perang Israel-Hamas, invasi Rusia ke Ukraina, hubungan Korea Utara dengan Rusia, Taiwan, hak asasi manusia, kecerdasan buatan, serta hubungan perdagangan dan ekonomi yang "adil," menurut pejabat senior pemerintahan Biden.
Sullivan menegaskan bahwa Biden akan memprioritaskan stabilitas di Timur Tengah, dan mengajak Beijing untuk berpartisipasi dalam upaya deeskalasi di wilayah tersebut. Biden juga akan menyatakan bahwa tindakan Iran yang "meningkatkan dan mendestabilisasi" bukanlah kepentingan Tiongkok.
Baca Juga: Xi Jinping Bersedia Bekerja Sama dengan AS Meski Banyak Perbedaan
"RRT, tentu saja, mempunyai hubungan dengan Iran, dan jika mereka mau, mereka mampu menyampaikan poin-poin tersebut secara langsung kepada pemerintah Iran," ucapnya.
Para pemimpin APEC akan berkumpul di San Francisco mulai Rabu hingga Jumat. Namun, perbedaan pendapat terkait perang di Timur Tengah dan Ukraina membuat sulitnya mencapai pernyataan konsensus dari para pemimpin.
Matt Murray, pejabat senior AS untuk APEC, menyatakan bahwa Amerika Serikat sedang bekerja keras untuk mencapai kesepakatan konsensus yang kuat.
Sullivan menambahkan bahwa di APEC, Biden akan menyampaikan visi ekonominya untuk kawasan ini dan berbicara tentang "bagaimana Amerika Serikat adalah pendorong utama pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Asia Pasifik."