Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan pada hari Selasa (5/10) bahwa ia telah berbicara dengan Presiden China Xi Jinping mengenai Taiwan.
Biden mengklaim bahwa Xi telah setuju untuk mematuhi perjanjian Taiwan di tengah meningkatnya ketegangan antara Taipei dan Beijing.
"Saya sudah berbicara dengan Xi tentang Taiwan. Kami setuju ... kami akan mematuhi perjanjian Taiwan. Kami menjelaskan bahwa saya tidak berpikir dia harus melakukan apa pun selain mematuhi perjanjian," ujar Biden seperti dilansir Reuters, Rabu (6/10).
Baca Juga: Biden ke PM Jepang yang baru: AS siap beri dukungan penuh di sektor pertahanan
Biden tampaknya merujuk pada perjanjian kebijakan satu China lama, dimana Washington mengakui secara resmi Beijing daripada Taipei. Juga keputusan AS untuk membangun hubungan diplomatik dengan Bejing dan bukannya dengan Taiwan.
Serta harapan bahwa di masa depan status Taiwan akan ditentukan dengan cara damai.
China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, yang harus diambil secara paksa jika perlu. Taiwan mengatakan negaranya adalah negara merdeka dan akan mempertahankan kebebasan dan demokrasinya.
Taiwan menyalahkan China atas ketegangan tersebut.
Baca Juga: Menhan Taiwan: Tensi dengan China saat ini adalah yang terburuk dalam 4 dekade
Taiwan telah melaporkan 148 pesawat angkatan udara China di bagian selatan dan barat daya zona pertahanan udaranya selama periode empat hari yang dimulai pada hari Jumat, hari yang sama China menandai hari libur patriotik utama, Hari Nasional.
Amerika Serikat mendesak China pada hari Minggu untuk menghentikan kegiatan militernya di dekat Taiwan.
"Amerika Serikat sangat prihatin dengan aktivitas militer provokatif Republik Rakyat China di dekat Taiwan, yang mengganggu stabilitas, berisiko salah perhitungan, dan merusak perdamaian dan stabilitas regional," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dalam sebuah pernyataan, Minggu.
Biden juga tampaknya merujuk pada panggilan 90 menit yang dia lakukan dengan Xi pada 9 September, pembicaraan pertama mereka dalam tujuh bulan, di mana mereka membahas perlunya memastikan bahwa persaingan antara dua ekonomi terbesar dunia tidak mengarah ke konflik.