Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
CLO cenderung jauh lebih kompleks dibandingkan CDO dan menghindari penggunaan derivatif kredit yang rumit. CLO biasanya diinvestasikan ke pinjaman perusahaan-perusahaan yang berperingkat kredit junk atau "sampah", atau perusahaan yang memiliki debt service yang tinggi terhadap pendapatan.
Porsi pinjaman dengan daya ungkit (leverage loan) meningkat menjadi 80% dari semua pinjaman pada tahun 2018, dari 20% pada tahun 2012. Sementara porsi pinjaman dengan peringkat rendah di CLO hampir naik dua kali lipat menjadi 18%, data BIS menunjukkan.
Pasar leverage loan telah menjamur dalam beberapa tahun terakhir menjadi sekitar US$ 1,4 triliun. Sekitar US$ 200 miliar diantaranya dalam mata uang euro dan sisanya dalam dolar AS.
Baca Juga: Berlaku awal 2020, sejumlah bank masih berbenah untuk memenuhi PSAK 71
Bank-bank AS dan Jepang menjadi salah satu investor terbesar di CLO.
Eksposur bank terhadap produk-produk ini memang terkonsentrasi di tahapan-tahapan teratas. Namun pola kepemilikan di antara investor non-bank seperti hedge fund dan perusahaan asuransi lebih sulit dilacak. Oleh karena itu, menurut BIS, bank dapat terkena secara tidak langsung jika gagal bayar atau default meningkat.
Baca Juga: Mendekati akhir 2019, bank kecil masih dalam proses pemenuhan PSAK 71
“Seperti eksposur off-balance bank terhadap CDO, yang merupakan sumber ketidakstabilan pada tahun 2007, eksposur broker utama bank kepada pemegang CLO dapat menghasilkan kerugian yang lebih besar daripada yang tersirat oleh paparan langsung, menciptakan tekanan keuangan yang meningkat,” demikian BIS mengingatkan.