Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Berkshire Hathaway, perusahaan investasi milik Warren Buffett, melaporkan kerugian penurunan nilai (write-down) sebesar US$ 3,76 miliar atas kepemilikannya di Kraft Heinz pada kuartal kedua 2025. Langkah ini menandai jika investasi yang dimulai satu dekade lalu tersebut belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan.
Selain itu, Berkshire juga mencatat penurunan laba operasional sebesar 4% akibat turunnya pendapatan dari bisnis asuransi. Kombinasi dari write-down tersebut serta berkurangnya keuntungan dari saham biasa menyebabkan laba bersih perusahaan anjlok hingga 59%.
Berkshire melaporkan jumlah kas mendekati rekor, sebesar US$ 344,1 miliar. Ini menjadi kuartal ke-11 berturut-turut Berkshire lebih banyak menjual saham daripada membeli. Perusahaan ini juga belum melakukan pembelian kembali sahamnya sendiri sejak Mei 2024.
Baca Juga: Warren Buffett : Inilah Investasi Terbaik & Terburuk saat Jadi CEO Berkshire Hathaway
Buffett yang telah memimpin Berkshire sejak 1965, berencana mundur dari posisi CEO pada akhir tahun ini dan akan digantikan oleh Wakil Ketua Greg Abel. Meski begitu, Buffett tetap akan menjabat sebagai ketua dewan.
"Investor mulai gelisah karena tidak ada pergerakan besar dari Berkshire," kata Kyle Sanders, analis dari Edward Jones dikutip Reuters. Menurut dia, Buffett melihat pasar terlalu mahal dan memilih untuk menunggu peluang datang.
Banyak bisnis konsumen Berkshire mengalami penurunan pendapatan akibat pesanan dan pengiriman yang tertunda, seiring ketidakpastian kebijakan dagang dan tarif. Misalnya, Jazwares, produsen mainan populer Squishmallows, mencatat penurunan pendapatan 38,5% pada paruh pertama tahun ini.
Analis CFRA Research, Cathy Seifert, menilai hasil kinerja Berkshire kali ini mengecewakan. "Berkshire dan ekonomi berada di titik kritis. Kombinasi hasil yang biasa-biasa saja, tidak adanya pembelian kembali saham, dan performa saham yang tertinggal memperparah ketidakpastian di tengah transisi manajemen," kata dia.
Laba operasional kuartal kedua Berkshire turun menjadi US$ 11,16 miliar atau sekitar US$ 7.760 per saham kelas A, dari US$ 11,6 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Laba bersih turun drastis menjadi US$ 12,37 miliar dari US$ 30,35 miliar, sementara pendapatan turun 1% menjadi US$ 92,52 miliar.
Baca Juga: Daftar Investasi Terbaik & Terburuk Warren Buffett saat Jadi CEO Berkshire Hathaway
Penurunan nilai sebesar US$ 3,76 miliar (setara US$ 5 miliar sebelum pajak) atas kepemilikan 27,4% saham Kraft Heinz muncul setelah perusahaan makanan itu mengumumkan akan mempertimbangkan langkah strategis, termasuk kemungkinan untuk pemisahan bisnis. Ini merupakan write-down kedua untuk Kraft Heinz, setelah sebelumnya mencatat kerugian serupa sebesar US$ 3 miliar pada 2019. Buffett sendiri mengakui bahwa Berkshire telah membayar terlalu mahal dalam merger Kraft Foods dan H.J. Heinz pada 2015.
Sejak Buffett mengumumkan rencananya untuk mundur pada 3 Mei, saham Berkshire turun lebih dari 12% dan tertinggal sekitar 22 poin persentase dibandingkan indeks S&P 500. Analis menilai bahwa nilai premium pada saham Berkshire yang berkaitan dengan figur Buffett kini mulai memudar, di tengah kekhawatiran bahwa pertumbuhan di sektor asuransi sebagai pusat laba Berkshire akan melambat.
Minimnya investasi baru juga menjadi hambatan. Beberapa analis memperkirakan unit kereta api BNSF milik Berkshire berpotensi mengakuisisi CSX untuk membentuk jaringan transkontinental, menyusul kesepakatan Union Pacific untuk mengakuisisi Norfolk Southern pada 29 Juli lalu.
Baca Juga: Warren Buffett Umumkan Pensiun, Saham Berkshire Hathaway Melorot 13%
Di sektor asuransi, keuntungan underwriting turun 12%, terutama dari lini reasuransi. Namun, Geico, unit asuransi mobil Berkshire mencatat kenaikan laba 2% sebelum pajak, meskipun perusahaan kehilangan pangsa pasar dari State Farm dan Progressive.
Sementara itu, unit kereta api BNSF membukukan kenaikan laba 19% berkat biaya bahan bakar yang lebih rendah, meskipun volume pengangkutan dan pendapatan stagnan. Bisnis energi, Berkshire Hathaway Energy, mencatat kenaikan laba sebesar 7%.
Perusahaan ini juga mengatakan sedang mengevaluasi dampak dari undang-undang baru "One Big Beautiful Bill Act" yang baru saja ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump, terhadap proyek energi terbarukan dan penyimpanan energi yang sedang dikembangkan.