Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pengunduran diri Warren Buffett dari pucuk pimpinan Berkshire Hathaway (NYSE: BRK.A) membawa dampak signifikan terhadap kinerja saham konglomerat investasi tersebut.
Sejak diumumkan pada 3 Mei 2025, harga saham Berkshire tertinggal jauh dibanding indeks acuan S&P 500.
Saham Berkshire Kalah dari S&P 500 Sejak Pengumuman Pensiun Buffett
Dalam dua bulan terakhir, saham Berkshire Hathaway telah tertinggal 23 poin persentase di belakang S&P 500. Saat Buffett mengumumkan rencana pensiunnya, indeks S&P 500 berada di level 5.686 dan kini telah naik sekitar 10% ke posisi 6.256. Sebaliknya, saham Berkshire turun dari puncaknya di angka US$539 menjadi US$470, mencerminkan penurunan hampir 13%.
Penurunan ini mencolok, terutama mengingat di awal tahun 2025, Berkshire merupakan salah satu saham yang berhasil mengungguli S&P 500 di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Baca Juga: Meski Seorang Miliarder, Warren Buffett Masih Lakukan 5 Kebiasaan Kelas Menengah Ini
Kemerosotan saham Berkshire diyakini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap rencana suksesi perusahaan. Warren Buffett, yang dijuluki Oracle of Omaha, telah lama menjadi simbol stabilitas dan disiplin investasi Berkshire. Pengumuman pensiunnya memicu kekhawatiran akan hilangnya panduan strategis yang selama ini menjadi ciri khas perusahaan.
Meski Greg Abel telah ditunjuk sebagai penerus, sebagian investor masih meragukan kemampuannya untuk sepenuhnya menggantikan peran legendaris Buffett. Ketidakpastian ini membuat sebagian besar pelaku pasar cenderung bersikap hati-hati terhadap prospek jangka panjang Berkshire.
Kinerja Keuangan yang Mengecewakan Tambah Tekanan
Penurunan kinerja juga menjadi faktor tambahan yang menekan harga saham Berkshire. Dalam laporan kuartal pertama 2025, laba operasional perusahaan turun 14% secara tahunan menjadi US$9,64 miliar. Penurunan ini dipengaruhi oleh hasil yang lemah dari divisi asuransi dan tantangan di sektor perkeretaapian.
Baca Juga: 4 Tips Warren Buffett untuk Meningkatkan Tabungan Pensiun di Tahun 2025
Meski begitu, Berkshire justru mencatat rekor kas tertinggi sepanjang sejarah, mencapai US$347,7 miliar, naik dari US$334,2 miliar pada kuartal sebelumnya.
Peningkatan cadangan kas ini menimbulkan dua pandangan: sebagian melihatnya sebagai sinyal kesiapan untuk melakukan akuisisi strategis, sementara lainnya menilainya sebagai langkah antisipatif menghadapi risiko ekonomi, terutama akibat tensi dagang yang meningkat.
Para investor kini menantikan laporan keuangan kuartal berikutnya dari Berkshire Hathaway. Perusahaan diperkirakan akan melaporkan laba per saham (EPS) sebesar US$5,24, turun 2,6% dibanding kuartal yang sama tahun lalu, dengan proyeksi pendapatan sekitar US$98,5 miliar.
Kinerja mendatang akan menjadi ujian bagi manajemen baru, sekaligus menjadi penentu kepercayaan investor terhadap arah baru yang akan ditempuh Berkshire pasca-Buffett.