Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Bisa jadi ini merupakan tonggak yang tidak pernah ingin dicapai Buffett.
Perusahaan konglomerasi yang Buffett pimpin selama lima dekade, Berkshire Hathaway, pada Jumat (4/8) lalu melaporkan bahwa mereka memiliki dana tunai senilai US$ 100 miliar per akhir kuartal II tahun ini.
Meski data tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mencetak uang, namun hal ini juga menjadi beban tersendiri. Pasalnya, karena Berkshire tidak pernah membagikan dividen dan jarang melakukan aksi pembelian kembali (buyback) saham, maka Buffett harus mencari jalan lain untuk menginvestasikan kembali dana segar tersebut.
"Menginvestasikan dana besar tentu membutuhkan upaya besar. Hanya saja, daftar perusahaan yang akan dia akuisisi sangat sangat terbatas," jelas David Rolfe, chief investment officer Wedgewood Partners.
Buffett, 86 tahun, sempat menyinggung banyaknya dana pada pertemuan tahunan Mei lalu. Dia bilang, dirinya belum akan melakukan akuisisi untuk sementara waktu dan seharusnya tidak menahan dana besar tanpa diinvestasikan untuk periode yang lama. Perang batin ini termasuk investasi dalam hal surat utang, seperti Obligasi AS.
"Pertanyaannya adalah, 'Apakah kita mampu menyebarkannya?' Saya akan bilang bahwa sejarah ada di pihak kita, tapi akan lebih menyenangkan jika telepon berbunyi," kata Buffett kepada ribuan pemegang saham yang berkumpul di CenturyLink Center di Omaha, Nebraska.
Buffett sebelumnya sudah menemukan sejumlah tempat untuk berinvestasi. Dia membangun sebuah holding di Apple Inc pada awal tahun ini. Kemudian, pada Juni, Berkshire melakukan dua investasi saham dalam jumlah kecil. Satu adalah investasi saham di perusahaan real estate investment trust dan investasi lainnya adalah di Home Capital Group Inc.
Yang paling signifikan, bulan lalu Berkshire membuat kesepakatan untuk mengakuisisi perusahaan utilitas listrik terbesar Texas senilai US$ 9 miliar. Transaksi ini mendapatkan tentangan dari Paul Singer dari Elliott Management Corp. Sebab, dengan menyelesaikan kesepakatan ini, dana tunai Berkshire akan langsung menyusut.
Di sisi lain, kinerja Berkshire juga tak terlalu baik. Perusahaan ini membukukan laba bersih senilai US$ 4,26 miliar pada kuartal II. Pencapaian ini turun 15% dibanding tahun sebelumnya, karena kerugian di bisnis asuransi. Namun, anak perusahaan Berkshire lainnya mulai BNSF hingga bisnis manufaktur, berhasil membukukan kenaikan.
Pasar bullish
Jim Shanahan, analis Edward Jones, menilai tantangan lain yang harus dihadapi Berkshire dalam menemukan investasi baru adalah market yang bullish dalam periode lama. Dengan pasar saham yang terus menembus rekor, tentunya sangat sulit untuk mencari bisnis yang menarik. Kenaikan dana tunai yang dimiliki juga menjadi sinyal lain kesediaan Buffett untuk menanti kesempatan yang tepat.
"Ini tidak menyebabkan alarm. Dalam beberapa tahun ke depan, mereka akan membuat investasi yang sangat menarik," kata Shanahan.
Sedangkan Bill Smead dari Smead Capital Management berpendapat, satu hal yang dapat mendongkrak anggaran pengeluaran Berkshire adalah koreksi atau pasar bearish. Di masa lalu, Buffett langsung masuk di saat suatu perusahaan atau ekonomi makro tengah bermasalah, dan langsung melakukan investasi pada periode tertentu.
"Jika ini terjadi, dia berada di spot yang sempurna," kata Smead.