Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - PARIS. Airbus mengeluarkan peringatan terkait potensi dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Produsen pesawat Eropa ini mengatakan, keluarnya Inggris tanpa kesepakatan perdagangan di masa depan akan memaksanya mempertimbangkan kembali posisi jangka panjangnya di Inggris.
Airbus, dalam sebuah memorandum yang dikeluarkan pada Kamis (21/6) malam mengatakan, periode transisi Brexit yang berakhir tahun 2020 masih terlalu pendek bagi perusahaan untuk melakukan penyesuaian rantai pasokan. Ini juga membuat Airbus mengerem perluasan basis pemasok di Inggris.
Airbus memproduksi sayap pesawat di Inggris. Jika Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan sampai waktu ditentukan, Airbus yakin ada gangguan produksi parah di Inggris.
"Sederhananya, skenario tak ada kesepakatan langsung mengancam masa depan Airbus di Inggris," kata Chief Operating Officer Airbus Commercial Aircraft Tom Williams, dilansir dari Reuters, Jumat (22/6).
Pada bulan Maret, Williams mengatakan kepada staf dalam sebuah video bahwa Airbus sedang mencari membeli lebih banyak bagian untuk membangun buffer stock untuk mengatasi gangguan potensial ketika Inggris meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret 2019.
Analis industri mengatakan Airbus kemungkinan tidak akan keluar dari Inggris secara tiba-tiba karena waktu tunggu yang panjang dan daftar tunggu untuk pesawatnya. Tapi itu bisa mempertimbangkan pergeseran sayap untuk generasi pesawat berikutnya, yang perkembangannya diperkirakan akan dimulai sekitar pertengahan 2020.
Perusahaan dari Jerman, Spanyol atau perusahaan dirgantara lain yang muncul seperti Korea Selatan dipandang sebagai kandidat yang mungkin akan mengambil pekerjaan Airbus di Inggris.