Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Persaingan menggantikan posisi China dalam portofolio ekuitas negara berkembang semakin memanas. Taiwan dan India bersaing ketat sebagai pesaing yang tangguh.
Kenaikan saham Taiwan dan India membuat saham masing-masing negara tersebut menguasai lebih dari 19% bobot indeks MSCI Emerging Market (EM). Berdasarkan data Bloomberg, bobot China mencapai 22,8%. Posisi China terus menyusut selama beberapa tahun terakhir.
Bobot China di indeks MSCI EM pernah mencapai 40% pada 2020. Kala itu, China memikat karena perkembangan industri e-commerce dan penjualan minuman keras.
Baca Juga: BREAKING NEWS: Multiple Shots Ring Out at Trump Rally, Trump Seen Injured
Kebangkitan saham Taiwan belakangan karena bisnis pembuat cip kecerdasan buatan. Sedang India didukung bisnis infrastruktur karena program Perdana Menteri India Narendra Modi memodernisasi negara tersebut.
"Investor mencari cara mengelola risiko dan menakar besarnya pengaruh China di pasar negara berkembang dengan diversifikasi ke pasar lain," kata Manish Bhargava, Fund Manager Straits Investment Holdings Singapura, dikutip Bloomberg, Sabtu (13/7).
Menurut Bhargava, kemampuan teknologi Taiwan, khususnya di industri semikonduktor, pertumbuhan sektor teknologi serta ekonomi digital di India membuat kedua negara ini menjadi alternatif menarik.
Sementara China kini terbebani karena utang triliunan dollar AS di sektor properti. Jika tren saat ini terus berlanjut, Taiwan atau India akan bisa mengejar posisi Tiongkok di MSCI EM pada tahun ini.
Emiten teknologi
Kapitalisasi pasar Taiwan kini mencapai US$ 2,6 triliun, sepertiga dari kapitalisasi pasar di China. Indeks Taiex telah meningkat 33% tahun ini. Ini karena kinerja Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC), pemasok Nvidia.
Indeks Nifty 50 India meningkat lebih dari 12% pada 2024, mencapai titik tertinggi baru karena menjanjikan kebijakan berkelanjutan.
Secara kinerja, estimasi pendapatan MSCI China Index 12 bulan ke depan hampir tidak berubah, sementara estimasi pendapatan Taiwan dan India masing-masing naik 13%. "Negara berkembang di luar China terlihat solid dari sudut pandang pendapatan," kata Kumar Gautam, ahli strategi Bloomberg Intelligence.
Meski demikian, valuasi indeks Taiex dan Nifty 50 diperdagangkan di 20 kali dari estimasi pendapatan ke depan. Sementara MSCI China sedikit di atas sembilan.
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Menguat 0,28% ke Rp 16.154 Per Dolar AS Pada Jumat (12/7)
Dana asing di pasar saham negara berkembang Asia, selain China, hampir US$ 9 miliar sejak awal Juni. Korea Selatan, India dan Taiwan menjadi penerima dana asing terbesar. "Teknologi sedang memakan dunia," kata Pruksa Iamthongthong, Wakil Kepala Ekuitas Asia Abrdn. Dia bilang, pemenang sebenarnya adalah rantai pasokan perangkat keras dan semikonduktor Asia.