Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - LONDON. Boris Johnson terpilih jadi Pemimpin Partai Konservatif yang berkuasa di Inggris dan menjadi Perdana Menteri Inggris berikutnya pada hari Selasa, (23/7). Ia mendapat mandat untuk menindaklanjuti janji yang ia sampaikan dengan istilah "lakukan atau mati" untuk menyelesaikan kemelut Brexit hanya dalam waktu tiga bulan ke depan.
Mengutip Reuters, Johnson merupakan seorang walikota London yang mengundurkan diri sebagai menteri luar negeri setahun yang lalu karena rencana Brexit May, tengah difavoritkan menjadi perdana menteri berikutnya. Beberapa jajak pendapat menempatkannya sebagai kandidat terunggul sekitar 70%.Â
Baca Juga: Kans Boris Johnson terpilih jadi Perdana Menteri Inggris kian tak terbendung
Dia akan mewarisi krisis politik atas keluarnya Inggris dari Uni Eropa, saat ini akan berlangsung pada 31 Oktober. Johnson harus membujuk Uni Eropa untuk menghidupkan kembali pembicaraan tentang kesepakatan penarikan yang telah bersikeras tidak dapat dibuka kembali, atau membawa Inggris ke dalam ketidakpastian ekonomi pasca meninggalkan Uni Eropa.
Baca Juga: Peluang Boris Johnson menjadi Perdana Menteri Inggris menguat​
Satu-satunya kesepakatan di atas meja telah ditolak tiga kali oleh parlemen dan banyak anggota parlemen - termasuk pemberontak pro-Uni Eropa di Partai Konservatif - juga bersumpah untuk memblokir Johnson yang mencoba membawa Inggris keluar dari UE tanpa kesepakatan.
Dia mengatakan dia akan meningkatkan persiapan untuk kesepakatan untuk mencoba memaksa negosiator Uni Eropa untuk membuat perubahan pada perjanjian tersebut.