Sumber: Reuters | Editor: Asnil Amri
WELLINGTON. Salah satu pucuk pimpinan produsen susu Fonterra asal Selandia Baru mengundurkan diri hari Rabu, (14/8). Pengunduran diri itu dilakukan setelah eksportir susu terbesar dunia itu mengumumkan ada beberapa produknya berpotensi tercemar bakteri botulisme.
Sayangnya, pengunduran diri Gary Romano, selaku Direktur Fonterra NZ tersebut tidak disertai alasannya. "Gary telah membuat kontribusi signifikan selama di Fonterra dan kami menghormati keputusannya," kata chief executive officer (CEO) Fonterra, Theo Spierings dalam sebuah pernyataan hari ini.
Fonterra menyatakan, 3 Agustus lalu, pihaknya menemukan kontaminasi bakteri pada beberapa produknya yang dikirim ke pelanggan di sembilan negara. Susu yang berpotensi tercemar itu juga dikirim ke The Coca-Cola Co, Danone SA dan Wahaha di China.
Susu yang dikirim Fonterra itu merupakan bahan untuk membuat susu formula, minuman olahraga dan juga untuk bahan pakan ternak. Produk yang berpotensi tercemar itu bahkan sudah disita di China, Malaysia, Australia, dan juga Selandia Baru.
Selain itu, beberapa negara juga mengambil langkah serupa, yakni membatasi impor. Perlu diketahui, Romano merupakan pejabat resmi Fonterra yang muncul ke publik ketika kasus susu tercemar tersebut mencuat ke publik.
Sementara itu, ketua kelompok peternak susu Selandia Baru menilai ada masalah dalam pengunduran diri Romano tersebut. "Saya sangat terkejut bahwa ia mengambil tanggung jawab itu,” kata Willy Leferink Federasi Kelompok Peternak Susu kepada Radio Selandia Baru.
Willy menilai, pengunduran diri Romano terjadi karena dia banyak menanggung tekanan. "Mungkin tekanan pribadi terlalu banyak ..." jelas Willy.
Sementara itu, Spierings selaku bos Fonterra telah meminta maaf beberapa kali dan sudah melakukan dua penyelidikan internal terkait kasus kontaminasi bakteri tersebut. Hasilnya, Fonterra menyatakan, penyebab kontaminasi bakteri itu berasal dari pipa kotor di salah satu pabriknya.