Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Pemimpin kelompok tentara bayaran Rusia Wagner, Yevgeny Prigozhin, pada hari Senin (26/6) mengatakan bahwa pihaknya sama sekali tidak bermaksud menggulingkan pemerintah Putin, melainkan untuk memprotes kebijakan perang di Ukraina yang tidak efektif.
"Kami menunjukkan kemampuan yang tinggi, sebagaimana mestinya pada 24 Februari 2022. Kami tidak memiliki tujuan untuk menggulingkan rezim yang ada dan pemerintah yang terpilih secara sah," kata Prigozhin lewat pesan audio di Telegram, dikutip Reuters.
Lebih lanjut, bos Wagner Group itu mengatakan bahwa Wagner adalah kekuatan tempur paling efektif di Rusia dan bahkan dunia, sebuah klaim yang telah sering ia lontarkan.
"Merebut kota Rostov-on-Don di Rusia selatan tanpa pertumpahan darah dan mengirim konvoi bersenjata ke jarak 200 km dari Moskow adalah bukti keefektifan para pejuang Wagner," lanjut Prigozhin.
Baca Juga: Aksi Pemberontakan di Moskow Batal, China Beri Dukungan kepada Rusia
Melakukan Pemberontakan
Wagner menghentikan pergerakan pasukannya ke Moskow saat menyadari bahwa ada banyak tentara Rusia yang menanti. Berhentinya gerakan ini dilakukan untuk mencegah pertumpahan darah.
Meskipun demikian, Prigozhin menyesali para pejuangnya harus membunuh prajurit Rusia yang menyerang konvoi mereka dari helikopter.
Meski belum ada bukti, Prigozhin menuduh militer Rusia telah menyerang kamp Wagner dengan rudal dan kemudian helikopter, menewaskan sekitar 1.000 tentara bayaran Wagner.
Baca Juga: Ukraina: Wagner Group Tembak Jatuh 6 Helikopter & 1 Pesawat Rusia saat Pemberontakan
Residents in Russia's Rostov-on-Don gathered to see Wagner fighters in the city from the private army run by former Putin ally Yevgeny Prigozhin, with one woman asking about the possibility of civil war https://t.co/ejRSCPyZOA pic.twitter.com/x6FDqyVkv0 — Reuters (@Reuters) June 24, 2023
Insiden tersebut yang memicu aksi konvoi pasukan Wagner, yang disebut Prigozhin sebagai "pawai keadilan".
Prigozhin juga mengkritik kebijakan pemerintah Rusia yang meminta semua unit sukarelawan termasuk Wagner untuk menandatangani kesepakatan yang membuat mereka berada di bawah kendali Kementerian Pertahanan Rusia.
Menurut Prigozhin, kurang dari 2% pasukan Wagner yang menandatangani kesepakatan tersebut.