Reporter: Mesti Sinaga | Editor: Mesti Sinaga
Komite kebijakan moneter bank sentral Brasil, Copom, Rabu kemarin (3/6) kembali menaikkan suku bunga acuannya, Selic rate, sebanyak 50 basis point menjadi 13,75%. Kenaikan ini membawa suku bunga acuan Brasil ke level tertinggi dalam enam tahun terakhir.
Bahkan, bank sentral Brasil memberi sinyal akan kembali menaikkan suku bunga, untuk menurunkan inflasi ke level 4,5% yang menjadi target yang harus dicapainya pada akhir 2016.
Dalam enam bulan terakhir, bank sentral Brasil telah mengerek suku bunga acuannya sebanyak 275 basis poin dan berhasil menurunkan inflasi ke level 5,5%.
“Ini adalah keputusan yang tepat dan langkah membangun kembali kredibilitas,” ujar Alberto Ramos, ekonom senior di Goldman Sachs, New York. “Kita kemungkinan sudah mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunga, namun nilai tukar dan aktivitas alan menentikan apakah suku bunga itu akan naik satu atau dua kali lagi.”
Namun, kini Copom mendapat tekanan dari pengusaha, politukis dan pemerintah untuk menghentikan kenaikan suku bunga. Sebab bunga tiunggi dan pengetatan bisa mengancam ekonomi Brasil yang tengah mengalami tekanan akibat minimnya investasi.
Beberapa ekonom dan analis di lembaga pemeringkat telah memberi peringatan bahwa kenaikan suku bunga yang tajam bisa menghambat upaya Menteri Keuangan Brasil Joaquim Levy memangkas belanja dan menurunkan tingkat utang.
Moody's Investors Service, Rabu kemarin mengatakan, peningkatan suku bunga kemungkinan membuat rasio utang (gross debt ratio) tetap berada di atas 60% tahun mendatang. Hal ini akan berdampak buruk bagi peringkat investasi Brasil.
Pooling terkini yang diselenggakan bank sentral terhadap sejumlah ekonom menunjukkan, ekonomi Brasil tahun ini diperkirakan mengalami kontraksi 1,3% akibat melemahnya investasi dan anjloknya tingkat kepercayaan bisnis ke level terendah.