Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Minyak mentah berjangka Brent melonjak hampir US$ 3 pada hari Jumat ke level tertinggi sejak September setelah serangan udara AS menewaskan personil militer Iran dan Irak. Kondisi tersebut meningkatkan kekhawatiran ketegangan Timur Tengah sehingga dapat mengganggu pasokan minyak.
Brent, patokan internasional, LCOc1 mencapai ketinggian intraday US$ 69,16 per barel, tertinggi sejak 17 September, sebelum turun ke US$ 68,21, naik US$ 1,96, atau 3% pada pukul 0618 GMT.
Baca Juga: Lima fakta mengenai target yang dicanangkan BEI di 2020, seperti apa?
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS CLc1 diperdagangkan naik US$ 1,68, atau 2,8%, menjadi US$ 62,86 per barel, setelah sebelumnya melonjak ke US$ 63,84 per barel, tertinggi sejak 1 Mei.
"Risiko dari sisi pasokan tetap meningkat di Timur Tengah dan kita bisa melihat ketegangan terus meningkat antara AS dan milisi yang didukung Iran di Irak," kata Edward Moya, analis di pialang OANDA, dalam email ke Reuters.
Baca Juga: Hari pertama perdagangan 2020, investor global happy dengan pasar
Sebuah serangan udara di Bandara Internasional Baghdad pada Jumat pagi menewaskan Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani, kepala Pasukan elit Quds, dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis, seorang juru bicara milisi Irak mengatakan kepada Reuters.