Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor legendaris Warren Buffett pada Mei lalu mengumumkan akan mengundurkan diri dari jabatan Chief Executive Officer (CEO) Berkshire Hathaway (NYSE: BRK.A) pada Januari 2026.
Kabar tersebut langsung mengguncang pasar keuangan, mengingat saham konglomerasi yang berbasis di Omaha itu tengah mendekati level tertinggi sepanjang masa. Para investor pun mulai berspekulasi mengenai arah dan masa depan perusahaan pasca-kepergian sang “Oracle of Omaha”.
Saham Berkshire Tertinggal 28% dari S&P 500
Lima bulan setelah pengumuman itu, data terbaru menunjukkan performa yang kurang menggembirakan. Saham Berkshire Hathaway tercatat tertinggal sekitar 28% dibandingkan indeks S&P 500 sejak pengumuman pengunduran diri Buffett.
Baca Juga: Rahasia Sederhana Investasi Warren Buffett: Sukses Cukup dengan Aturan 90/10
Menurut data yang dihimpun Finbold dari Barchart, SPDR S&P 500 ETF Trust (SPY) mencatat kenaikan sebesar 18,75%, sementara saham Berkshire Hathaway justru mengalami penurunan 8,28% dalam periode yang sama.
Analis Masih Optimistis terhadap Prospek Berkshire
Meski data Barchart tampak pesimistis, kalangan analis di Wall Street masih menunjukkan kepercayaan positif terhadap prospek jangka panjang Berkshire Hathaway.
Pada 15 Oktober, lembaga keuangan UBS memang menurunkan target harga saham BRK.B dari US$597 menjadi US$593, namun tetap mempertahankan rekomendasi “Buy” (beli), menandakan keyakinan terhadap fundamental bisnis yang kuat.
Saat ini, rata-rata target harga BRK.B untuk 12 bulan ke depan berada di level US$536,67, atau sekitar 9,12% lebih tinggi dari harga terkini di US$491,81, berdasarkan tiga proyeksi analis di platform TipRanks.
UBS juga meningkatkan perkiraan laba per saham (EPS) kuartal III Berkshire dari US$5,57 menjadi US$5,89, dengan alasan kinerja divisi asuransi yang solid.
Untuk keseluruhan tahun, EPS diproyeksikan mencapai US$20,78, sementara nilai buku per saham diperkirakan tumbuh 2,1% secara kuartalan. UBS juga mencatat bahwa saat ini harga saham Berkshire diperdagangkan mendekati nilai intrinsiknya.
S&P 500 Dekati Rekor Tertinggi, Bank of America Peringatkan Risiko
Di sisi lain, indeks S&P 500 sendiri tengah mendekati level tertinggi dalam sejarahnya. Dalam laporan riset yang dirilis Bank of America (BofA) pada 20 Oktober, analis memperingatkan bahwa valuasi pasar saat ini telah memasuki “wilayah berbahaya”, dengan 60% indikator bear market menunjukkan sinyal peringatan.
Baca Juga: Saham Berkshire Hathaway Anjlok, Pasar Ragu Masa Depan Tanpa Warren Buffett
Peringatan tersebut muncul di tengah kekhawatiran atas potensi “gelembung AI” (Artificial Intelligence).
Kepala strategi investasi Morgan Stanley, Lisa Shalett, bahkan membandingkan euforia pasar saat ini dengan hype saham Cisco (NASDAQ: CSCO) pada tahun 2000, dan menyebut bahwa 75% kenaikan S&P 500 saat ini digerakkan oleh saham-saham AI.
Laporan BofA juga menyoroti bahwa ketegangan dagang yang kembali meningkat serta risiko penutupan pemerintahan AS (government shutdown) telah membuat investor semakin berhati-hati.
Kondisi ini menunjukkan bahwa euforia pasar mungkin hanya bersifat sementara, menutupi kerentanan fundamental yang masih ada di baliknya.













