Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Pasar saham Asia mencatat penguatan tipis pada Selasa (2/12/2025), di tengah koreksi besar pada aset kripto serta gelombang penjualan global obligasi yang dipicu ekspektasi kenaikan suku bunga di Jepang.
Kontrak berjangka S&P 500 bergerak stabil setelah penurunan di Wall Street pada perdagangan sebelumnya. Sementara itu, obligasi pemerintah Jepang (JGB) mulai stabil setelah pelelangan yang kuat, menyusul tren penurunan tajam berminggu-minggu akibat kekhawatiran terhadap prospek fiskal negara tersebut.
Imbal hasil obligasi 10 tahun Jepang sempat menyentuh 1,88%, level tertinggi dalam 17 tahun, sementara imbal hasil tenor 30 tahun mencapai rekor tertinggi sepanjang masa. Setelah hasil lelang, imbal hasil 10 tahun turun tipis ke 1,865%.
Bitcoin Anjlok 30% dari Puncak, Sentimen Kripto Melemah
Aset kripto utama Bitcoin bangkit menguat setelah terjun 5,2% pada Senin, namun masih diperdagangkan di sekitar US$87.000, turun 30% dari puncaknya di Oktober.
Pendiri Kenetic Capital, Jehan Chu, mengatakan bahwa sentimen pasar kripto kini “berada di antara rasa takut dan pasrah,” dengan koreksi terbaru mengejutkan banyak investor.
Baca Juga: Saham Stablecoin Hong Kong Turun Pasca PBOC Berencana Menindak Tegas Mata Uang Kripto
“Beberapa bulan ke depan akan krusial, tetapi bahkan investor paling bullish pun mungkin mulai bersiap untuk ‘hibernasi musim dingin’,” ujarnya.
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang menguat 0,3%, sementara indeks Nikkei Jepang naik 0,1% setelah penurunan tajam sebelumnya.
Di regional, Kospi Korea Selatan memimpin dengan kenaikan 1,6%, sedangkan CSI300 Tiongkok turun 0,8%.
Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga Jepang Guncang Pasar Obligasi Global
Ekspektasi kenaikan suku bunga Bank of Japan semakin kuat setelah Gubernur Kazuo Ueda memberikan sinyal normalisasi kebijakan pada awal minggu.
Imbal hasil JGB tenor 10 tahun melonjak 6 bps pada Senin, memicu aksi jual di pasar obligasi global di tengah spekulasi bahwa modal Jepang akan kembali ke dalam negeri.
Hal itu turut menyeret yield Treasury AS naik 7,7 bps menjadi 4,096% sebelum turun kembali ke 4,087% dalam perdagangan Asia.
Sementara itu, Bitcoin naik 0,6% ke US$86.965, dan Ether menguat 0,3% ke US$2.800.
Yen Menguat, Dolar AS Mulai Melemah
Mata uang yen Jepang menguat dan menjadi yang paling stabil di pasar valas dalam 24 jam terakhir, berada di level ¥155,64 per dolar AS.
Penguatan yen membantu mendorong euro sempat menembus US$1,165, meninggalkan dolar dalam posisi tertekan. Dolar AS diperdagangkan di US$1,161 per euro, sementara pasar menunggu data inflasi zona euro yang dijadwalkan rilis hari ini.
Baca Juga: Bursa Asia Stabil Senin (1/12) Pagi, Yen Menguat Saat Pasar Tunggu Kejutan The Fed
Beberapa investor mulai memperkirakan tren pelemahan dolar ke depan, seiring ekspektasi bahwa Federal Reserve akan melakukan pemangkasan suku bunga lebih cepat dan lebih agresif dibanding negara lain.
Data ekonomi AS terbaru memperkuat pandangan tersebut: manufaktur mengalami kontraksi selama sembilan bulan berturut-turut pada November, meski konsumsi tetap kuat berkat belanja online US$23,6 miliar untuk mengawali musim liburan.
Analis Deutsche Bank, Tim Baker, menilai dolar berpotensi melemah menuju akhir tahun.
“Desember selalu menjadi bulan terburuk bagi dolar dalam satu dekade terakhir. Dolar turun 80% dari waktu tersebut, dengan median penurunan lebih dari 1%,” katanya.
Emas dan Minyak Stabil, Ketegangan Geopolitik Jadi Pemicu
Harga emas bertahan di atas US$4.200 per ounce, mempertahankan reli baru-baru ini.
Harga minyak global juga stabil setelah serangan drone terhadap infrastruktur Rusia, dengan Brent crude diperdagangkan di sekitar US$63,17 per barel pada Selasa.













