Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pasar saham Asia dibuka stabil pada Senin (1/12/2025), mengawali bulan terakhir 2025 dengan sentimen risiko yang positif berkat optimisme pemangkasan suku bunga Federal Reserve AS.
Sementara yen menguat seiring investor menimbang peluang kenaikan suku bunga Bank of Japan (BOJ) dalam waktu dekat.
Fokus utama pasar valuta asing tertuju pada yen Jepang, yang menguat ke 155,64 per dolar AS saat Gubernur BOJ Kazuo Ueda berpidato di Nagoya.
Investor mencermati pernyataannya untuk mencari sinyal waktu kenaikan suku bunga berikutnya.
Baca Juga: Saham Emiten Stablecoin di Hong Kong Anjlok Setelah PBOC Janjikan Pengetatan Kripto
Dalam pidatonya, Ueda menyebut BOJ akan mempertimbangkan “plus dan minus” dari kenaikan suku bunga pada rapat Desember.
Di pasar saham, indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang bergerak stabil di level 703,19. Indeks tersebut telah naik 23,5% sepanjang tahun ini dan berada di jalur untuk mencatat kinerja tahunan terbaik sejak 2017.
Sementara itu, Nikkei Jepang melemah 1,3% pada awal perdagangan.
Futures saham AS justru bergerak melemah pada sesi Asia, sementara indeks Hang Seng Hong Kong naik lebih dari 1% dan mendorong penguatan kawasan.
“Para pelaku pasar bullish memasuki Desember dengan sentimen positif terhadap arah pasar,” kata Chris Weston, Kepala Riset Pepperstone.
Ia menyebut kekhawatiran yang membayangi pasar hingga pertengahan November perlahan memudar, berganti dengan rasa takut tertinggal reli pasar.
Baca Juga: Produksi AS Turun, Australia Perluas Ekspor Daging Sapi dengan Pakan Biji-bijian
Pekan ini, fokus investor tertuju pada rilis data ekonomi AS, termasuk aktivitas manufaktur, jasa, serta sentimen konsumen.
“Dengan kembalinya data ekonomi AS dan kalender yang sangat padat, Desember tampaknya akan menjadi bulan yang menarik bagi pemburu volatilitas,” ujar Matt Simpson, Senior Market Analyst di StoneX.
Simpson menambahkan, jika data menunjukkan perlambatan ekonomi tanpa memicu resesi, sentimen pasar kemungkinan tetap positif dan dolar AS cenderung melemah, sebagaimana pola musiman yang sering terjadi.
Indeks dolar berada di 99,414 nyaris tidak berubah dan telah turun 8% sepanjang tahun, sebagian besar terjadi pada semester pertama.
Baca Juga: Belanja Modal Jepang Melambat, Prospek Ekonomi Tetap Kuat
Konsumsi Amerika dalam Sorotan
Investor juga menantikan komentar dari Ketua The Fed Jerome Powell pada hari ini untuk mencari petunjuk arah kebijakan bulan Desember.
Pernyataan bernada dovish dari beberapa pejabat The Fed membuat pasar semakin meyakini pemangkasan suku bunga, dengan peluang 87% untuk penurunan di bulan ini.
Data awal belanja konsumen selama musim liburan turut diperhatikan, setelah penjualan online Black Friday di AS mencetak rekor US$11,8 miliar, naik 9,1% dari tahun sebelumnya, menurut Adobe Analytics.
Di pasar valuta, yen tetap menjadi sorotan dalam beberapa pekan terakhir. Ketidakpastian waktu kenaikan suku bunga BOJ dan kekhawatiran atas kebijakan fiskal di bawah Perdana Menteri Sanae Takaichi membuat yen berada dalam zona yang rentan intervensi.
Baca Juga: BOJ Pertimbangkan “Plus-Minus” Kenaikan Suku Bunga pada Rapat Desember
Menteri Keuangan Jepang pada Minggu kembali memperingatkan volatilitas pasar valas yang dianggap “jelas tidak didorong oleh fundamental”.
Di komoditas, harga minyak dunia naik setelah OPEC+ memutuskan mempertahankan level produksi pada kuartal I-2026.
Keputusan itu diambil saat kelompok produsen menahan laju perebutan pangsa pasar di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan.
Minyak mentah Brent naik 1% ke US$63,03 per barel, sedangkan WTI naik 0,99% ke US$59,16 per barel.













