Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Bursa saham Asia melemah pada Jumat (1/8/2025) pagi menyusul keputusan Amerika Serikat untuk memberlakukan tarif impor baru terhadap puluhan mitra dagangnya.
Sementara itu, investor global menantikan rilis data tenaga kerja AS yang akan menjadi penentu utama arah kebijakan suku bunga The Fed bulan depan.
Baca Juga: PMI Manufaktur China Turun ke 49,5 di Juli, Tanda Lesunya Aktivitas Pabrik
Presiden AS Donald Trump pada Kamis (31/7/2025) malam menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan tarif impor antara 10% hingga 41% terhadap berbagai negara.
India terkena tarif 25% untuk ekspor ke AS, Taiwan 20%, Thailand 19%, dan Korea Selatan 15%.
Kanada juga terkena kenaikan tarif dari 25% menjadi 35% untuk produk yang tidak tercakup dalam perjanjian dagang USMCA, sementara Meksiko diberi kelonggaran 90 hari untuk negosiasi lebih lanjut.
“Reaksi pasar sejauh ini relatif moderat, sebagian karena adanya kesepakatan dagang terbaru AS dengan Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan yang ikut meredam dampaknya,” ujar Tony Sycamore, analis IG.
Baca Juga: Gedung Putih Merilis Detail Lanskap Perdagangan Global, Kanada Kena Hantam Tarif 35%
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,4%, memperpanjang koreksi mingguan menjadi 1,5%. KOSPI Korea Selatan jatuh 1,6%, sementara Nikkei Jepang turun 0,6%.
Di pasar berjangka, indeks Euro Stoxx 50 dan Nasdaq masing-masing melemah 0,5%, dan S&P 500 turun 0,3%.
Penurunan di Wall Street juga dipicu oleh laporan keuangan Amazon yang mengecewakan, memicu penurunan saham sebesar 6,6% setelah jam perdagangan.
Sebaliknya, Apple mencatatkan kinerja lebih baik dari perkiraan, didukung oleh lonjakan pembelian iPhone menjelang pemberlakuan tarif. Saham Apple naik 2,4% dalam perdagangan after hours.
Baca Juga: Menteri Keuangan Jepang Waspadai Pelemahan Yen, Sebut Pergerakan Valas Tidak Wajar
Di sisi makro, data inflasi AS menunjukkan kenaikan harga pada Juni, diperparah oleh efek tarif baru, sehingga memperkuat kekhawatiran pasar terhadap tekanan harga yang berkelanjutan.
Sementara itu, klaim awal tunjangan pengangguran tetap stabil, menandakan pasar tenaga kerja masih tangguh.
Peluang penurunan suku bunga The Fed pada September kini turun menjadi 39%, dari sebelumnya 65%, menurut data CME FedWatch.
Pasar menunggu data ketenagakerjaan AS yang dirilis malam ini. Proyeksi konsensus memperkirakan penambahan 110.000 pekerjaan pada Juli dan tingkat pengangguran naik tipis ke 4,2%.
Baca Juga: Dolar Perkasa Usai Trump Naikkan Tarif, Yen Terperosok ke Level Terendah Empat Bulan
Dolar AS menguat, dengan indeks dolar naik 2,4% dalam sepekan ke level tertinggi dua bulan di angka 100, mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak akhir 2022.
Yen Jepang menjadi mata uang dengan kinerja terburuk setelah Bank of Japan mempertahankan suku bunga dan memberikan nada dovish, membuat dolar melonjak 0,8% terhadap yen ke level 150,7, tertinggi sejak Maret.
Imbal hasil obligasi AS 10-tahun stabil di 4,374%, sementara harga minyak bergerak tipis.
Minyak mentah AS naik 0,1% ke US$69,36 per barel dan Brent naik 0,2% ke US$71,84. Harga emas spot juga tidak banyak berubah, berada di level US$3.288 per troi ons.