Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Aktivitas manufaktur China kembali melemah pada Juli 2025, seiring penurunan pesanan ekspor dan pelambatan pertumbuhan bisnis baru yang mendorong pabrik-pabrik mengurangi produksi.
Hal ini terungkap dalam survei S&P Global yang dirilis Jumat (1/8/2025).
Baca Juga: Menteri Keuangan Jepang Waspadai Pelemahan Yen, Sebut Pergerakan Valas Tidak Wajar
Indeks PMI Manufaktur Umum China versi S&P Global tercatat sebesar 49,5, turun dari 50,4 pada Juni, dan meleset dari ekspektasi konsensus sebesar 50,4. Angka di bawah 50 menandakan kontraksi aktivitas.
Kontraksi ini mengonfirmasi temuan dalam survei resmi pemerintah sehari sebelumnya, dan mengindikasikan awal kuartal ketiga yang lemah, meski paruh pertama tahun ini menunjukkan pertumbuhan yang kuat.
S&P Global mencatat bahwa pesanan ekspor baru turun selama empat bulan berturut-turut, bahkan dengan laju penurunan yang lebih cepat dari bulan sebelumnya. Output pabrik pun kembali melemah setelah sempat naik pada Juni.
Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Juli 2025 Naik Jadi 49,2, Namun Masih Kontraksi
Para produsen memilih menggunakan stok barang yang sudah ada untuk memenuhi permintaan, menyebabkan penurunan inventaris pasca-produksi selama dua bulan berturut-turut.
Dengan stabilnya jumlah pekerjaan yang belum selesai, perusahaan menurunkan jumlah tenaga kerja karena alasan efisiensi biaya.
Meskipun begitu, sentimen bisnis membaik di awal semester II-2025, didorong oleh harapan terhadap kondisi ekonomi yang lebih baik dan kampanye promosi penjualan, meski masih berada di bawah rata-rata jangka panjang.
Tekanan harga juga mulai terasa. Untuk pertama kalinya dalam lima bulan, biaya input meningkat, dipicu upaya pemerintah mengatasi “perang harga” di kalangan produsen. Namun, harga jual domestik justru kembali turun akibat ketatnya persaingan. Sebaliknya, tarif ekspor naik dengan laju tercepat dalam setahun karena meningkatnya ongkos logistik dan pengiriman.
Baca Juga: Trump Hantam 69 Negara dengan Tarif Tinggi, Kanada Kena 35%
Para pemimpin senior China pada Rabu lalu berjanji akan memberikan dukungan lebih besar bagi ekonomi, termasuk melalui penataan ulang kapasitas industri yang dinilai terlalu besar dan menyebabkan tekanan deflasi.
Sebagai catatan, mulai Juli 2025, Caixin tidak lagi menjadi sponsor PMI Manufaktur S&P Global China.